Senin, 14 Desember 2015

Harga Sapi Terlalu Rendah

Senin, 14 Desember 2015

Pengusaha Ternak NTT Tidak Ingin Lanjutkan Kerja Sama dengan Bulog

KUPANG, KOMPAS — Pengusaha dan peternak di Nusa Tenggara Timur tidak ingin melanjutkan kerja sama dengan Bulog jika Bulog tetap membeli sapi dari NTT Rp 35.000 per kilogram timbang hidup tiba di Jakarta. Harga ini mengakibatkan harga sapi di tingkat peternak turun dari Rp 30.000 per kilogram menjadi Rp 25.000 per kg.

Apabila pemerintah tetap membeli sapi dari NTT sebesar Rp 35.000 per kg timbang hidup tiba di Jakarta, pengusaha dan peternak di NTT tidak akan menggunakan kapal khusus ternak yang diadakan pemerintah untuk mengirim sapi dari NTT ke Kalimantan, Sulawesi, dan kota lain di Jawa. Ketua Himpunan Pengusaha Ternak Sapi dan Kerbau NTT Daniel di Kupang, Minggu (13/12), mengatakan, pengusaha akan menggunakan kapal jenis lain seperti yang dilakukan selama ini.

"Kalau pemerintah menaikkan harga menjadi Rp 40.000 per kg sapi hidup, berlaku setelah sapi tiba di Jakarta, kerja sama dilanjutkan. Akan tetapi, kalau pemerintah tetap berada pada posisi Rp 35.000 per kg, kami hentikan kerja sama ini. Kalau pemerintah kemudian menekan pengusaha dan peternak dengan tidak mengeluarkan izin pemberangkatan ternak antara pulau ke daerah lain, persoalan berbuntut panjang," kata Daniel.

Rencana awal, pengiriman sapi perdana ke Jakarta dengan kapal khusus ternak sebanyak 500 ekor. Namun, karena belum sepakat dengan harga yang ditetapkan pemerintah, pengusaha hanya mengirim 300 ekor sapi. Sapi tersebut sudah diserahterimakan di Jakarta pada Jumat (11/12).

Sebagaimana diberitakan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian memfasilitasi pengiriman sapi potong dari NTT dengan kapal khusus ternak sapi yang disubsidi negara. Harga daging sapi diharapkan bisa lebih rendah menjadi Rp 72.000 hingga Rp 76.000 per kg karena biaya angkut dengan kapal ternak menjadi lebih murah.

Wis Kase, pengusaha ternak asal Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, sangat kecewa dengan proses jual beli sapi dari NTT oleh pemerintah setelah kehadiran kapal khusus ternak. Harga Rp 35.000 per kg sapi hidup tersebut sama sekali tidak menguntungkan pengusaha.

Untuk mendatangkan sapi dari desa-desa di Timor Tengah Utara ke Kota Kupang saja mengeluarkan biaya Rp 1,5 juta per truk atau dari Kefamenanu ke Kupang Rp 1 juta per truk isi 10 ekor sapi. Belum lagi pungutan di setiap pos penjagaan polisi sebesar Rp 5.000 per truk.

Jika selama perjalanan ke tempat tujuan terdapat 10 pos penjagaan polisi, pengusaha mengeluarkan biaya Rp 50.000. Sementara itu, khusus di Pos Perbatasan Wini-Oecussi, Timor Leste, pungutan itu mencapai Rp 200.000 per truk dengan alasan untuk pengamanan perbatasan.

"Tiba di Karantina Kupang, ternak itu harus diberi makan, dan bertahan sampai satu pekan untuk pemeriksaan kesehatan. Saat itu, bobot sapi perlahan mulai menyusut meski diberi makan," kata Wis Kase.

Penyusutan

Wis Kase mengatakan, jika harga Rp 35.000 per kg itu berlaku di Kupang, kemudian diangkut dengan kapal khusus ke Jakarta, tidak dipersoalkan. Namun, karena harga Rp 35.000 per kg itu berlaku di Jakarta, pengusaha rugi besar karena sapi-sapi itu mengalami penyusutan cukup drastis selama perjalanan meski pemerintah menyatakan kapal ternak itu menyediakan pakan yang tidak akan membuat bobot sapi menurun.

Direktur Yayasan Mitra Tani Mandiri Timor Vinsen Nurak mengatakan, selama ini, peternak menjual sapi hidup dengan harga Rp 30.000 per kg kepada pengusaha lokal. Namun, dengan kehadiran kapal khusus ternak, harga sapi di tingkat peternak turun menjadi Rp 25.000 per kg.

"Peternak di bawah yayasan ini enggan beternak jika pemerintah tetap mempertahankan harga itu. Mengapa pemerintah selalu menjadikan petani pada posisi tawar yang rendah, di pihak lain pemerintah mendorong kesejahteraan peternak," katanya.(KOR)

http://print.kompas.com/baca/2015/12/14/Harga-Sapi-Terlalu-Rendah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar