Kamis, 03 Desember 2015

Bos Bulog Blak-blakan Soal Daging dan Beras Impor

Kamis, 03 Desember 2015

Jakarta -Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti tak hanya menangani soal pengelolaan stok dan harga beras. Belakangan ini Djarot harus 'masuk' mengelola stabilisasi harga daging sapi hingga komoditi lainnya selain beras seperti cabai, bawang, kedelai dan lainnya.

Mantan Direktur Usaha Mikro Kecil dan Menengah Bank Rakyat Indonesia (BRI) ini merupakan alumni UII Yogyakarta kelahiran 1959. Kini Djarot punya banyak tugas untuk membawa Perum Bulog menjadi lebih kuat sebagai penjaga pangan. Baru-baru ini Bulog mendapat tugas mengimpor beras dari Vietnam, bagaimana kelanjutannya?

Berikut wawancara detikFinance orang nomor satu di Perum Bulog ini pekan lalu, di Grand Ussu Hotel, Bogor, Jawa Barat.

Bulog sempat diberi izin impor 10.000 ton daging sapi impor Selandia Baru. Bagaimana perkembangannya?
Itu kan sangat mendadak, kita mendapat perintah untuk masuk ke pasar Selandia Baru yang kita belum pernah beli ke sana, sehingga banyak hal yang kita hadapi.

Nature of business di sana seperti apa, dan sebagainya, akhirnya menyulitkan kami untuk optimal. Kami hanya bisa mengimpor kurang lebih 2.000 ton.

Orang Selandia Baru itu punya kultur agak tertutup, mereka juga lihat-lihat dulu ini Bulog serius atau nggak mau beli. Mereka kan sudah punya market tradisional, begitu ada pendatang baru dia lihat dulu apakah ini beli untuk jangka panjang atau sekali saja lalu hilang.

Ada pelajaran lain, saya menemukan pemasok-pemasok yang bisa dipercaya sehingga saya mohon kalau bisa izinnya diperpanjang sampai Januari-Februari. Kalau nggak diperpanjang ya nggak apa-apa, kami hanya mampu impor 2.000-an ton.

Apakah Bulog rugi karena mengimpor daging sapi mendadak untuk operasi pasar?
Khusus untuk daging sapi kita untung, masih ada margin. Yang gagal cuma di jumlah (realisasi impor).

Apa penyebab serapan beras Bulog tahun ini tak capai target?
Saya masuk di Bulog bulan Juni, artinya saya masuk ketika panen raya sudah lewat. Dari data, sampai Mei dan awal Juni serapan beras masih di bawah serapan normal di musim panen raya. Mengapa itu bisa terjadi saya tidak tahu jelas. Yang pasti sampai akhir panen raya, serapan kita masih jauh di bawah target saat panen raya.

Dengan kondisi yang ada, saya mencoba melakukan berbagai proses bisnis. ‎Pada saat panen gaduh (panen di musim kemarau) tentu barangnya (gabah dan beras) sedikit.

Proses fotosintesis sempurna pada musim gaduh, artinya kualitas gabah lebih bagus, saya akan kesulitan kalau hanya mengandalkan pengadaan dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), sebab beras kualitas medium semakin sedikit di musim gadu.

Kami mencoba dan akhirnya‎ diperintah oleh Menteri BUMN dan rapat terbatas yang intinya Bulog diminta masuk ke komersial dengan skema pengadaan (beras) komersial. Tujuannya memperoleh tambahan beras, dan memutar cadangan beras ini supaya harga tidak terus bergerak ke atas. Tapi upaya itu akhirnya juga tidak mengejar ketertinggalan target pengadaan beras.

Juli ada MoU dengan TNI AD dan Kementan untuk pengadaan sampai 2 juta ton beras, bagaimana hasilnya?
MoU itu hasilnya ada, paling tidak membantu menggerakan tim saya yang ada di lapangan, menambah informasi panen, ada tambahan yang cukup karena ada MoU itu. Tapi kalau ditanya apakah sesuai target, memang tidak. Di lapangan, beras tidak sebanyak yang kita rancang.

Apa usulan Anda soal pengadaan beras tidak lagi terkendala Harga Pembelian Pemerintah (HPP)?
Ada konsep HPP sebagai harga patokan, ada HPP sebagai harga dasar. Sekarang kan HPP beras Rp 7.300/kg. Kalau sebagai harga dasar, tidak boleh beras dari petani dibeli dengan harga di bawah Rp 7.300/kg. Dengan konsep harga dasar, ada peluang Bulog untuk membeli di atas Rp 7.300/kg. Kalau ada beras di petani harganya Rp 7.500/kg, ya jangan nggak dibeli.

Mungkin yang agak rawan adalah orang main-main di harga. Kalau konsep harga dasar ini dijalankan, harus ada rambu-rambunya siapa yang memutuskan harga dan SOP-nya. Memang akan lebih memerlukan komitmen, kejujuran, dan pengawasan.

Apakah impor 1,5 juta ton beras sudah cukup untuk memperkuat stok Bulog?
Impor ini kan penugasan dari pemerintah, dalam hal ini Rapat Koordinasi di bidang ekonomi. Sudah dikeluarkan ‎Surat Persetujuan Impor sebesar 1,5 juta ton.

Impornya dari negara-negara yang ada MoU dengan Indonesia. Pola yang dipakai adalah yang beli itu pemerintah ke pemerintah, government to government (G to G). Dengan pola itu, Bulog melaksanakan impor.

Dari perintah yang ada, Bulog sudah menandatangani kontrak dan Letter of Credit (LC) dari 2 negara, yaitu Vietnam dan Thailand. Jumlahnya sebesar perintah yaitu 1,5 juta ton.

Tapi untuk sampai di sini kan butuh proses, kapalnya kecil-kecil, juga loading capacity terbatas, jumlah kapalnya, fasilitas bongkar muat di pelabuhan tujuan, sehingga pengirimannya butuh waktu.

Kalau sesuai kontrak, akan masuk 1,5 juta ton sampai Maret 2016. Situasi sekarang kan dinamis sekali. Kementerian terkait terus melakukan pantauan.

Apakah cukup atau tidak tambahan 1,5 juta ton beras ini masih terus dipantau, beliau-beliau terus rapat setiap minggu. Kalau kenaikan harga belum bisa diredam, mungkin ada langkah lain.

KPPU sudah menduga ada permainan harga beras, apa tanggapan Anda?
Kami siap mengantisipasi hal itu. Saya hanya melihat bahwa kalau pedagang melihat kesempatan untuk berspekulasi, maka mereka akan berspekulasi. Kalau saya hari ini punya barang 1 ton dan saya melihat peluang minggu depan harga naik pasti saya tahan, ini nature-nya.

Bulog harus melakukan sesuatu. Saya hitung saya punya stok cukup atau nggak, saya laporkan cukup. Saya pegang perintah operasi pasar (OP), saya lihat ada gejolak harga dimana saja‎.

Gejolak itu kan penyebabnya hanya 2, pertama mekanisme pasar murni ketika demand tetap tapi supply kurang, tapi juga bisa karena distorsi oleh ulah spekulan. Dua hal tersebut obatnya sama, Bulog mengintervensi.

Insya Allah siap‎, Bulog punya tangan sampai ke tingkat kabupaten dan kota, bisa melakukan operasi di titik mana saja. Selama ini Bulog juga dilibatkan dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), teman-teman Bulog di daerah terupdate pasti apa yang terjadi.

Di pusat, Bulog juga melakukan analisis-analisis harga dan pasar. Bulog juga punya stok, hari ini cukup stok. Atas dasar itu, saya punya keyakinan Bulog siap.

Bagaimana rencana pengembangan bisnis Bulog ke depan?
Saya sependapat sekali bahwa bisnis komersial harus ditingkatkan. Bulog sebagai Perum juga tidak boleh tergantung sepenuhnya pada subsidi pemerintah.

Konsep saya bisnis komersial tidak boleh keluar dari core Bulog di pangan. Jadi ada beras PSO, ada beras komersial. Kalau misalnya nanti ada daging PSO, ada daging komersial.‎

Jadi ada sebagian yang kita gunakan untuk PSO, ada yang untuk komersial. Harus ada keseimbangan antara PSO dan komersial dalam bisnis Bulog supaya mampu menghidupi diri sendiri, tidak membebani negara, sekaligus mampu menjalankan PSO.

Kita ini paling tidak ada 4 pilar yang harus dibangun. Pertama produksi, bisa pakai on farm atau kerjasama, kemitraan. Kedua pengelolaan pasca produksi untuk membuat barang masuk standar.

Ketiga pergudangan karena tidak semua barang harus masuk pasar setiap hari, harus ada stok untuk disimpan. Keempat, kita harus punya channel distribusi, ini sangat penting karena pada saatnya Bulog harus mengintervensi pasar kita harus punya jalur sehingga tidak kagok.

Bagaimana perkembangan Bulog Mart untuk jaringan distribusi Bulog?
Kita baru lakukan evaluasi karena sekian tahun dia tidak begitu bagus. Saya bahas terus, apakah konsep Bulog Mart sudah tepat atau perlu direvitalisasi.

Sambil jalan, kami di internal Bulog membangun yang namanya 'Rumah Pangan'. Ini agak beda, kalau Bulog Mart adalah toko serba ada, kalau Rumah Pangan ini pasar tradisional yang diperkecil.

Kita kan kalau pergi ke 'Mart' harapannya keluar dari situ selesai belanja kebutuhan sehari-hari, apakah itu permen, pasta gigi, obat. Apakah Bulog Mart punya banyak item sehingga orang mau datang? Kalau dibuat seperti pasar, orang datang kan tuntutannya nggak banyak, hanya cari bahan pokok.

Jadi kita coba sederhanakan, kita fokuskan. Konsep mana yang sukses akan kita kembangkan untuk jadi channel distribusi Bulog.

(hen/ang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar