Serapan Beras oleh Bulog Turun
CIREBON, KOMPAS — Musim kemarau panjang di kawasan pantai utara Jawa Barat mengakibatkan jadwal tanam padi pada musim rendeng di daerah itu mundur. Petani berharap mereka bisa memulai musim tanam pertama itu pada pertengahan November ini.
”Idealnya musim tanam rendeng dimulai pada bulan Oktober, tetapi sampai sekarang hujan masih jarang turun. Semoga dua minggu lagi sudah sering turun hujan,” kata Tasrip Abubakar, Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kabupaten Cirebon, Rabu (5/11), di Cirebon.
Musim kemarau yang masih terus berlangsung di Sumatera Selatan pun mengakibatkan 264.918 hektar sawah belum bisa ditanami padi hingga awal November ini. Akibatnya, target panen beras provinsi itu pada tahun ini dipastikan tidak tercapai.
Sawah seluas 210.674 hektar telah terlambat tanam satu bulan hingga dua bulan. Adapun 54.244 hektar sawah di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur baru dapat ditanami secara bergantian dua bulan mendatang ini karena rehabilitasi irigasi.
Pada kondisi cuaca normal, sawah biasanya mulai ditanami sekitar bulan September dan Oktober karena biasanya saat itu hujan sudah mulai mengguyur.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Ilfantria mengatakan, akibat musibah kemarau panjang ini rencana percepatan masa tanam di 63.000 hektar sawah pun belum dilakukan.
Serapan beras
Kekeringan juga memicu serapan beras rata-rata oleh Bulog Cirebon dan Indramayu berkurang sebab produksi turun.
Kepala Bulog Subdivisi Regional Indramayu Attar Rizal menuturkan, saat ini rata-rata serapan 100 ton per hari. Jumlah tersebut turun jauh dibandingkan dengan capaian saat kondisi normal yang bisa 1.000 ton per hari.
Saat ini, jumlah stok beras yang disimpan di delapan gudang Bulog Indramayu lebih dari 21.000 ton. Jumlah itu diperkirakan cukup untuk delapan bulan ke depan.
Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Cirebon. Menurut Kepala Bulog Subdivisi Regional Cirebon Yayat Hidayat Fatahillah, serapan juga terganggu harga gabah tinggi di tingkat petani. ”Saat ini, harga beras di tingkat petani melebihi harga yang ditetapkan pemerintah,” katanya.
Harga pembelian pemerintah untuk beras adalah Rp 6.600 per kilogram. Namun, di tingkat petani di Indramayu dan Cirebon, harga beras di kisaran Rp 7.000 per kg.
Di Jawa Timur, musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan di sebagian provinsi itu tidak mengurangi produksi padi. Dinas Pertanian Jatim memprediksi produksi bisa mencapai 12 juta ton gabah kering giling atau naik 258.360 ton dibandingkan dengan 2013 pada angka 12,05 juta ton.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim Achmad Nurfalakhi, Rabu, di Surabaya, mengatakan, musim kemarau justru menyebabkan kelembaban tanah lebih bagus sehingga serangan organisme pengganggu tanaman rendah. Dibandingkan 2013, lahan yang mengalami puso atau gagal panen tahun ini lebih sedikit.
Namun, di Kabupaten Jember, Bulog setempat belum mampu untuk memenuhi target pengadaan beras sesuai dengan harga pembelian pemerintah. Tahun 2014, Bulog Jember menargetkan pengadaan beras sebanyak 75.000 ton. Sampai dengan awal November hanya terealisasi 43.240 ton (57 persen).
Wakil Kepala Perum Bulog Subdivisi Regional Jember Rahmawati mengatakan, persediaan beras di gudang Bulog Jember masih 27.483 ton.
Dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur, dilaporkan, sedikitnya 1.023 hektar sawah petani di kabupaten itu dipastikan gagal panen. Kemarau telah menyusutkan bahkan mengeringkan sumber air yang diandalkan menggenangi areal sawah. Akibatnya, pengolahan sawah terganggu hingga tanaman padi gagal tumbuh secara normal.
Bupati Manggarai Chris Rotok, di Ruteng, Rabu siang, mengatakan, lebih dari 1.000 hektar sawah dipastikan gagal tanam dan gagal panen.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Manggarai Anglus Angkat menyebutkan, sawah yang dipastikan gagal panen itu milik 5.215 keluarga petani. (REK/IRE/ETA/SIR/ANS/EGI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar