Selasa, 18 November 2014
Jakarta, GATRAnews - Kementerian Pertanian menyatakan, suplai beras dari dalam negeri masih mencukupi hingga awal 2015 meski terjadi penurunan produksi padi pada 2014 dibanding 2013. Berdasarkan pantauan Kementan, sejumlah sentra padi telah mulai memasuki musim tanam dan mulai panen awal tahun depan sehingga tidak akan terjadi krisis beras.
"Hitungannya cukup. Masih aman, tadi Saya tunjukan juga. Jadi sekarang data sampai Oktober itu sudah mulai menanam semua. Jadi aman," tandas Plt Dirjen Tanaman Pangan Kementan Haryono kepada wartawan di Kantornya, Jakarta, Selasa (18/11).
Menurut perhitungannya, belum perlu dilakukan impor beras untuk menjaga stabilitas harga beras sampai awal 2015. "Kalau menurut saya stoknya masih cukup. Kalau ada impor pasti ada alasan," ucapnya. Namun, impor beras bisa juga dilakukan bila terjadi bencana yang menyebabkan gagal panen dalam skala besar. "Alasannya apakah mungkin menyongsong iklim yang tiba-tiba berubah, kita harus punya cadangan. Pertanian sangat dinamis, sangat beresiko, tapi intinya produksi cukup," ujarnya.
Sebagai informasi, capaian produksi padi tahun 2014 berdasarkan Angka Ramalan II (Aram II) BPS sebesar 70,61 juta ton atau 39,54 juta ton beras. Dengan asumsi tingkat konsumsi beras 124,89 kg/kapita/tahun, maka pada 2014 diperkirakan surplus beras 8,07 juta ton. Tahun 2015 ditargetkan produksi padi meningkat menjadi 73,4 juta ton.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, mengungkapkan bahwa sampai bulan ini Bulog telah merealisasikan impor beras sebanyak 425.000 ton dari total izin impor 500.000 ton. Sutarto berharap agar impor tidak perlu dilanjutkan lagi. Dia menjelaskan, Bulog kemungkinan tidak perlu melanjutkan impor beras lagi karena berdasarkan Angka Ramalan (Aram) II yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras tahun ini mencapai 70 juta ton atau turun 0,94% dibanding tahun 2013.
Produksi beras pada Aram II ini lebih baik daripada Aram I yang hanya 69 juta ton alias turun 1,98% dari tahun 2013. Jika tidak ada bencana alam atau kejadian lain yang membuat harga beras bergolak, Bulog tidak akan melanjutkan impor beras tahun ini. "Kalau cukup 425 ribu ton ya sudah. Mudah-mudahan cukup impor 425 ribu ton kalau tidak terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan," kata Sutaro. "Pokoknya posisi Bulog itu kalau tidak perlu impor ya tidak impor," tandasnya.
Menurut perhitungannya, Indonesia tidak perlu mengimpor beras bila produksi beras meningkat kurang lebih sebesar 5% dibanding tahun sebelumnya. Bila produksi menurun, impor beras mau tak mau dilakukan. "Apabila peningkatan produksi tidak mencapai 5% dibanding tahun sebelumnya maka harus impor. Manakala minus dari tahun sebelumnya, tidak pernah kita tidak impor," paparnya.
Menurut Sutarto, yang perlu dikhawatirkan adalah kebutuhan beras pada awal tahun depan. Dengan adanya pergeseran musim tanam dan penurunan produksi beras dibanding 2013. "Justru yang harus kita waspadai adalah awal tahun depan, bukan akhir tahun ini," ungkapnya.
Akibat penurunan produksi beras 2014 dibanding 2013, pengadaan beras dari dalam negeri yang dilakukan Bulog sampai November baru 2,35 juta ton dari target pengadaan sebanyak 3,2 juta ton per tahun. Sebenarnya target kami tahun ini 3,2 juta ton. Tapi karena produksi tahun ini turun, kita tidak mencapai target," kata Sutarto.
Hingga November 2014, total stok beras yang dimiliki Bulog mencapai 1,9 juta ton atau setara dengan 7 bulan penyaluran. Jumlah stok sebesar ini masih dapat mengamankan stabilitas harga beras. "Posisi stok kita sampai akhir tahun 1,9 juta ton. Sekitar 7 bulan penyaluran, masih aman," tutup dia.
Penulis: MA
Editor: Nur Hidayat
http://www.gatra.com/ekonomi-1/96857-kementan-pastikan-tak-akan-terjadi-krisis-beras-di-awal-2015%E2%80%8F.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar