Senin, 24 November 2014

INI SYARAT AGAR BULOG TIDAK IMPOR BERAS

Senin, 14 November 2014

Target swasembada pangan mulai kembali digencarkan oleh pemerintah, kini mulai direspon oleh Perum Bulog. Bahkan, Bulog mengklaim tidak akan melakukan impor beras dari luar negeri dengan syarat jika jika produktivitas beras nasional tahun depan meningkat di atas 4 persen dari tahun sebelumnya.
“Jika kebutuhan stok beras untuk stabilitas pangan sudah dapat dipenuhi dari hasil panen dalam negeri, maka tidak akan ada impor beras. Syaratnya, stok harus bisa terpenuhi di atas 2 juta ton. Ini bisa dicapai kalau produktivitas beras nasional meningkat di atas 4 persen. Kalau dibawahnya, kami tidak akan mampu melakukan pengadaan di atas 2 juta ton,” kata Direktur Utama Perum Bulog, Soetarto Alimoeso, Senin (24/11).
Ia menegaskan, stok Bulog yang aman memang sekitar 2 juta ton. Jika di bawah angka itu, kata dia, maka Bulog sulit untuk melakukan pengadaan dan penstabilan harga beras jika terjadi kelangkaan. “Setiap tahun pemerintah selalu dihadapkan dengan kondisi yang sulit untuk tetap memenuhi kebutuhan produksi beras dan konsumsi beras nasional,” tuturnya.
Ia memisalkan, seperti yang terjadi pada bulan Januari-Februari kerap memasuki masa paceklik karena tidak ada panen. Setelahnya di bulan Maret baru masuk masa panen awal. Sutarto menuturkan, Indonesia pernah mencapai kondisi kebutuhan beras nasional yang dipenuhi oleh produktivitas dalam negeri, tanpa sama sekali melakukan impor.
“Sebenarnya pemerintah pernah tidak impor (beras) yaitu pada 2008, 2009 dan 2013. Pada waktu itu terjadi peningkatan produksi di atas 5 persen, karena pengadaan bulog di atas 3 juta dan pemerintah tidak perlu impor,” katanya.
Selama ini, lanjut dia, faktor cuaca kemarau menjadikan produksi beras nasional kerap mengalami penurunan. Guna menggantikan potensi beras yang hilang akibat gagal panen atau puso tersebut Bulog melakukan kontrak atas impor beras seperti dengan Thailand dan Vietnam. Selain itu, prediksi Balitbang Kementan atas mundurnya musim tanam padi selama satu bulan juga menjadi alasan dilakukannya impor sebagai antisipasi untuk mengisi gudang Bulog.
Rencana Perum Bulog mengimpor beras juga kerap dikritisi oleh petani. Ketua Umum Kontak Tani Nelayanan Andalan (KTNA), Winarno Tohir sempat menyayangkan impor beras Bulog. Pasalnya, jumlahnya jauh lebih besar dari volume impor yang sudah dicanangkan pemerintah.
Menurut Winarno, sebetulnya terdapat stok beras di gudang Bulog sebesar 2 juta ton pada akhir tahun 2013 lalu. Namun, stok tersebut sebenarnya telah banyak diserap masyarakat untuk kebutuhan raskin maupun operasi pasar. Winarno menambahkan, kekhawatiran impor beras disebabkan rendahnya penyerapan gabah dan beras Bulog melalui para mitra kerjanya.
Padahal, lanjut dia, tahun lalu, tingkat penyerapan beras mencapai 3,6 juta ton. Apalagi, lanjutnya, saat petani memasuki musim gadu, yakni musim saat petani menyimpan hasil panennya untuk kebutuhan sendiri atau disimpan sebagai modal untuk musim tanam mendatang. “Jika musim gadu datang, Bulog akan kesulitan untuk menyerap produksi gabah kering giling (GKG) dari petani. Ini terjadi selama empat bulan dari Juli sampai September,” ujarnya. (afr)

http://kominfo.jatimprov.go.id/watch/42313

Tidak ada komentar:

Posting Komentar