Presiden RI, Joko Widodo ingin impor terus ditekan agar tidak menjadi beban anggaran negara. Upaya tersebut menurut presiden dapat dilakukan diantaranya dengan cara swasembada pangan.
Pada acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Jakarta, Kamis (18/12), Presiden Joko Widodo memaparkan masalah impor. Menurut presiden, ketergantungan Indonesia terhadap impor masih tinggi termasuk impor komoditas pangan.
“Negara kita kaya dengan sumber daya alam, kita negara agraris tetapi faktanya semuanya kita impor, mulai dari beras, gula, kedelai, jagung dan lain-lainnya, apa lagi yang kita tidak impor sekarang ini, padahal sebetulnya ada potensi, ada kemampuan kita untuk swasembada, kekuatan untuk madiri itu ada tetapi itu tidak kita peroleh karena tidak ada kebijakan publik yang baik dan tepat,” kata Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi menegaskan, target swasembada pangan sudah tidak dapat ditunda agar impor dapat ditekan, sekaligus memberdayakan sektor pertanian di dalam negeri.
“Oleh sebab itu kedepan saya berikan target tiga tahun agar kita swasembada pangan, paling tidak dalamtiga tahun berasnya sudah selesai, tidak ada impor lagi yang namanya beras, baru tahun berikutnya gula, jagung dan berikutnya lagi, berikutnya lagi untuk komoditas-komoditas pangan yang lain,” lanjutnya.
Untuk memberdayakan sektor pertanian didalam negeri, Presiden Jokowi mengatakan harus diimbangi dengan infrastruktur pendukung yaitu waduk dan irigasi.
“49 waduk yang ingin kita bangun dalam lima tahun kedepan, tahun depan akan dimulai 13 waduk, rencana kemarin 11 ternyata lapangan menunjukkan bisa 13, oke 13 tambahan anggarannya nanti di APBNP, kemudian juga irigasi terget tahun depan satu juta hektar, kalau irigasi, waduk, semuanya bisa kita selesaikan Insya Allah yang namanya kedaulatan pangan itu tidak akan jauh-jauh dari kita,” tambah Presiden Jokowi.
Untuk membangun waduk, pemerintah akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 8, 2 trilyun, dan untuk irigasi sebesar Rp 15 trilyun. Target serta anggaran tersebut untuk pembangunan sepanjang tahun 2015, sementara target-target berikutnya pemerintah akan menggunakan anggaran sesuai alokasi belanja negara yang ditetapkan dalam APBN setiap tahun.
Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menjelaskan impor periode Januari hingga Oktober 2014 masih diatas angka ekspor periode sama. Kondisi tersebut karena Indonesia masih banyak mengimpor berbagai komoditas termasuk komoditas pangan.
Defisit neraca perdagangan Indonesia sejak Januari hingga Oktober 2014 sekitar 1,7 milyar dolar Amerika, sementara sepanjang tahun 2013 defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar 4,06 milyar dolar Amerika.
“Impor Januari-Oktober 2014 sebesar 149,7 milyar dolar Amerika, pangsa impor non migas tiga negara terbesar yang pertama impor kita masih terbesar dari China, yang kedua dari Jepang dan yang ketiga dari Singapura,” jelas Kepala BPS Suryamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar