Senin, 23 Desember 2013
JAKARTA - Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan gula nasional telah menunjuk dan memberikan izin impor kepada Perum Bulog untuk impor gula. Di mana, Bulog dijatahkan sebesar 300 ribu ton untuk impor gula jenis rafinasi.
Namun, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengatakan, izin impor gula yang akan dilakukan oleh Bulog tidak akan memberikan dampak yang baik bagi niatan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan gula nasional. Pasalnya, 300 ribu ton masih jauh dari kebutuhan gula rafinasi nasional yang mencapai 3 juta ton per tahunnya.
"Sebanyak 300 ribu ton itu tidak akan berdampak apa-apa, karena kebutuhannya itu lebih dari itu, seharusnya Bulog dikasih 2 juta ton minimalnya, baru bisa menstabilkan gula," kata Ismed kepada wartawan di Kantornya, Jakarta, Senin (23/12/2013).
Ismed menilai, impor gula rafinasi yang diberikan pemerintah kepada Bulog akan berdampak sama halnya dengan Bulog yang ditugaskan menstabilkan harga daging sapi potong dalam waktu beberapa waktu yang lalu.
"Sama seperti daging sapi, akan tidak memberikan dampak apa-apa," jelasnya.
Selain itu, lanjut Ismed, pemerintah seharusnya benar-benar maksimal memberikan kuota impor gula kepada Bulog, dengan memberikan minimal kuota sebesar 2 juta ton.
"Harusnya semuanya diberikan ke Bulog, nanti bulog yang distribusikan, harga sudah dipatok oleh Bulog, kalau ada yang macam-macam tinggal cut," imbuhnya.
Adapun alternatif lain, kata Ismed, jika benar pemerintah ingin memenuhi kebutuhan gula, selain Bulog yang mendapatkan penugasan, BUMN berbasis tebu pun bisa ditunjuk untuk memenuhi kebutuhan impor.
"Kalau pemerintah ingin membantu kenapa Bulog yang ditunjuk, kenapa gak BUMN yang berbasis Tebu," pungkasnya.(rez) (wdi)
http://economy.okezone.com/read/2013/12/23/320/916365/rni-seharusnya-bulog-dikasih-jatah-2-juta-ton-untuk-impor-gula
Tidak ada komentar:
Posting Komentar