ASATUNEWS - Di penutup tahun 2013 ini ada berita yang paling menggembirakan buat Indonesia. Sejak 25 Desember lalu, Bulog berhasil membeli beras dari petani sebanyak 3,5 juta ton beras. Bulog belum pernah membeli beras dalam jumlah yang besar seperti itu dan menjadi sejarah tertinggi bagi Bulog selama ini.
Beras tersebut dibeli dari para seluruh petani desa Godean, Sleman, Yogyakarta: tanaman padi mereka berhasil mencapai masa panen dengan selamat. Sudah empat tahun lamanya para petani itu hanya bisa menanam padi tapi tidak pernah bisa memanen. Setiap kali padi yang mereka tanam memasuki masa tuail, serbuan tikus merajalela merusak dan memakan padi, sehingga petani gagal panen.
“Rupanya ada seorang petani Godean yang mendengar bahwa saya lagi gencar-gencarnya melakukan penataan sistem distribusi pupuk. Saya memang keliling desa-desa untuk mengecek apakah sistem baru rayonisasi distribusi pupuk sudah bisa berjalan sampai ke tingkat yang paling bawah. Ke tingkat kios pupuk di desa-desa.” Ucap Dahlan Iskan, Mentri BUMN
Dengan rayonisasi itu tidak akan ada lagi "perang pupuk" antar lima pabrik pupuk raksasa milik BUMN. "Perang" yang hanya mengakibatkan seringnya terjadi kelangkaan pupuk di satu daerah dan penimbunan pupuk di daerah lainnya. Saya dukung penuh konsep rayonisasi dari Dirut PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) Ir Arifin Tasrif ini.
Seorang petani Godean rupanya tidak tertarik dengan langkah penting yang mendasar itu. "Yang kami perlukan sederhana saja. Bagaimana kami bisa dibantu memberantas hama tikus," tulis Pak Suroyo, petani itu, dalam SMS-nya kepada Dahlan. Pak Suroyo lantas menceritakan duka nestapa para petani Godean selama empat tahun terakhir.
Menanggapi sms itu, Dahlan segera mengecek kebenarannya menuju Godean dan ternyata benar. Dahlan Iskan kemudian mengajak Arifin dan tim PIHC untuk rapat. Apalagi PIHC memang sudah meliliki unit baru bernama "brigade hama". Inilah ujian pertama brigade itu.
Rapat dengan kelompok tani pun dilakukan berkali-kali. Untuk merumuskan kesepakatan metode baru "gropyokan tikus". Agar efektif. Hampir 13.000 ekor tikus berhasil ditangkap: hidup atau mati. Setelah itu petani bersemangat lagi menanam padi, dan berhasil. Minggu depan panen. Semoga tidak ada gangguan mendadak apa pun dalam lima hari mendatang ini.
Tentu saja keberjhasilan ini menjadi prestasi buat Indonesia, Dimana Indonesia dikenal sebagai negara agraris tapi kok masih import beras. Syukurlah gabungan antara pupuk yang tepat, produksi yang meningkat, pemberantasan hama yang konsisten, dan pengadaan beras yang all-out benar-benar membukukan prestasi yang nyataKita malu. Kita terhina. Tapi kita tidak boleh menyerah. Tidak boleh hanya diam.
Dirut Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, menegaskan stok beras di gudang Bulog akhir tahun ini lebih dari dua juta ton. Pak Tarto adalah sedikit generasi tua di BUMN yang memeiliki semangat kerja yang tinggi. Dia masih kuat seperti kitiran: muter terus ke gudang-gudang Bulog di seluruh sentra produksi beras. Dengan sepatu ketsnya, Pak Tarto sering harus bermalam minggu di gudang beras.
Bersyukur dengan adanya stok beras nasional yang berlebih seperti itu selain ada postifnya ada juga negatifnya. Karena jika terlalu lama disimpan dan tidak tersalurkan, beras menjadi turun kualitasnya. Dahlan mengikuti usulan dari seoran petan di Bantul agar sebagian beras di simpan dalam bentuk gabah saja sehingga bisa lebih tahan lama. Suatu ide yang bagus dari seorang petani dan akan direalisasikan tahuin depan dengan menyimpan beras dalam bentuk gabah sebanyak 20 persen, daripada membangun silo-silo fakum yang amat mahal.
“Begitu lega rasanya tutup tahun ini ditandai dengan keberhasilan tidak impor beras selama tahun 2013, dan keberhasilan panen di Godean” Ujar Dahlan Iskan dalam sebuah pesawat menuju Meulaboh di tengah hujan lebat selama penerbangan.
Namun kerja belum selesai, agaknya keberhasilan petani di Godean ini menularkan juiga bagi opara petani di daerah-daerah lainnya. | ANT/ASN-026/UCI
http://www.asatunews.com/berita-16598-bulog-tegaskan-stok-beras-sampai-akhir-tahun-lebih-dari-2-juta-ton.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar