Selasa, 12 Agustus 2014
Harga gabah yang berada di atas harga pembelian pemerintah (HPP) selalu menjadi kendala bagi Bulog untuk menyerap beras dalam negeri. Sepanjang Januari–Juni, harga rata-rata gabah kering panen di tingkat penggilingan Rp 4.287 per kilogram atau 27,9 persen di atas HPP. Rata-rata harga beras termurah di tingkat konsumen pada periode tersebut Rp 8.983 per kilogram atau 36,11 persen.
Meski demikian, Bulog mengungkapkan saat ini punya stok beras sebanyak 1,902 juta ton. Stok tersebut cukup aman bagi kebutuhan beras murah untuk 7,7 bulan.
Begitupun, pemerintah khawatir dan memutuskan mengimpor beras sebanyak 50 ribu ton pada pertengahan tahun ini. Impor beras tersebut diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas pemerintah pada awal Juli. Beras akan diimpor dari Vietnam dan masuk ke Indonesia pada Juli hingga Agustus.
Keran impor beras dibuka pemerintah setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya potensi penurunan produksi karena banjir di awal tahun dan kekeringan di pertengahan tahun. Dalam angka ramalan I 2014, BPS menyatakan produksi beras akan mencapai 69,87 juta ton atau turun 1,98 persen dari tahun lalu sebanyak 71,28 juta ton. Perkiraan produksi itu lebih rendah 4,48 persen dibanding target produksi pemerintah 73 juta ton. Angka ramalan I diperoleh dari perhitungan produksi riil selama Januari-April ditambah dengan angka perkiraan Mei-Desember 2014.
Selain produksi yang diramalkan menurun, pengadaan beras Bulog di dalam negeri lebih rendah daripada tahun lalu. Data Bulog menyebutkan, pengadaan beras hingga 18 Juli mencapai 1,86 juta ton lebih rendah dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebanyak 2,42 juta ton. Meski demikian Bulog menilai serapan itu sudah cukup besar mengingat produksi beras tahun ini diramalkan turun, serta harga gabah dan beras jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
Untuk urusan impor beras pemerintah nampak sigap melakukan setelah BPS mengumumkan produksi gabah akan turun. Padahal impor beras bukanlah satu-satunya jalan. Upaya lain yang bisa dilakukan yakni menggenjot produksi beras nasional, menyediakan benih, pupuk, permodalan dan memberikan insentif lainnya kepada para petani. Sayangnya di tingkat lapang kita justru menemukan adanya kelangkaan pupuk yang belum terselesaikan.
http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/lebih-sigap-impor-beras/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar