Kamis, 7 Agustus 2014
Bisnis.com, BALIKPAPAN - Merembesnya gula rafinasi ke pasaran dituding menjadi penyebab lambannya penyerapan gula yang dimiliki oleh Bulog Kalimantan Timur karena harga jual yang lebih rendah.
Apabila harga gula di pasaran berkisar antara Rp11.500 hingga Rp12.000 per kg, gula rafinasi memiliki harga jual Rp9.000 per kg. Bentuk fisiknya yang bersih, juga menjadi salah satu alasan konsumen selain harga yang lebih murah dalam memilih gula rafinasi.
“Padahal, peruntukan gula rafinasi itu kan untuk industri makanan dan minuman. Tidak boleh itu beredar di pasaran,” ujar Kepala Bulog Divre Kaltim Abdul Nadjid kepada Bisnis, Rabu (6/8/2014).
Saat ini, Bulog Kaltim masih memiliki jatah gula baik hasil produksi dalam negeri maupun impor sebanyak 500 ton. Masing-masing produk, baik produksi dalam negeri maupun impor, tercatat sebanyak 250 kg. Gula ini sebenarnya dijual melalui Bulog Mart, tetapi hasilnya masih belum optimal.
“Hanya beberapa ton saja yang terjual. Kalau dilihat tidak signifikan," katanya.
Nadjid menyebutkan harga gula yang dimiliki Bulog sebelum dikemas senilai Rp10.000 per kg. Apabila sudah dikemas, harga jual gula tersebut menjadi Rp11.500 per kg karena ada ongkos untuk pengepakan.
Penyebaran gula rafinasi mudah ditemukan di pasar tradisional. Nadjid mengatakan gula yang diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman itu secara teknis lebih boros penggunaannya dibandingkan dengan gula biasa. “Standarnya, kalau gula putih biasa satu sendok, gula rafinasi bisa dua sendok,” tuturnya.
Bulog mengaku tidak berbuat banyak karena fungsi penindakan merupakan wewenang pemerintah dan aparat terkait.
http://makassar.bisnis.com/read/20140807/21/179738/bulog-tuding-merembesnya-gula-rafinasi-ke-pasaran-jadi-penyebab-lambannya-penyerapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar