Jumat, 22 Agustus 2014
PALU - Perum Bulog Sulawesi Tengah telah mendatangkan kedelai dari Surabaya untuk memenuhi permintaan pengusaha tahu dan tempe di daerah itu.
"Tahap pertama ini kami datangkan tiga ton kedelai dari Surabaya," kata Kepala Perum Bulog Sulteng Mar'uf di Palu, Kamis.
Ia mengatakan, Bulog terpaksa mendatangkan kedelai dari luar daerah atas permintaan sejumlah pengusaha tahu dan tempe di Palu, Parigi Moutong dan Tolitoli.
Di Tolitoli ada empat pengusaha tempe dan tahu membutuhkan bahan baku (kedelai) 10.000 ton setiap bulannya. Belum lagi para pengusaha tahu dan tempe yang ada di Kota Palu dan Parigi Moutong.
Menurut dia, sebenarnya permintaan kedelai di Sulteng cukup tinggi tapi selama ini kedelai banyak didatangkan dari luar daerah, termasuk impor.
Petani di Sulteng belum begitu bergairah menanam kedelai, terbukti sangat minim kedelai produksi lokal dijual di pasar-pasar.
"Meski ada dijual, tetapi stoknya terbatas, padahal Bulog Sulteng siap membeli produksi petani berapa saja banyaknya," kata Mar'uf.
Pemerintah kabupaten dan kota perlu mendorong petani untuk mengembangkan tanaman kedelai, sebab pasarnya sangat menjanjikan.
Di semua kabupaten dan kota di Sulteng saat ini banyak penjual makanan. Di ibu kota Provinsi Sulteng dalam beberapa tahun terakhir, rumah makan, restoran dan warung-warung tumbuh seperti jamur.
Belum lagi pedagang makanan keliling cukup banyak di Palu. "Ini kesempatan baik bagi petani menanam kedelai dalam jumlah banyak, sebab kebutuhan dipastikan terus meningkat," katanya.
Seandainya stok kedelai di Sulteng bisa memenuhi kebutuhan sendiri, maka tidak perlu lagi mendatangkan kelelai dari luar daerah yang tentu harganya dan biaya transportasi cukup tinggi.
http://sinarharapan.co/news/read/140821027/bulog-sulteng-terpaksa-datangkan-kedelai-dari-surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar