TERNYATA, perkara impor beras bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Persoalan utama yang kerap menjadi gangguan dalam memasukkan beras dari luar negeri adalah harga beras itu sendiri. “Memang bukan seperti yang dibayangkan. Apalagi kalau sudah menyangkut harga,” kata Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog), Sutarto Alimoeso kepada Jurnal Nasional saat dihubungi, Senin, (14/7).
Dalam kesempatan itu Sutarto mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan harga beras dunia bergejolak. Salah satu faktor utamanya adalah jumlah permintaan dari negara yang padat penduduknya seperit Cina. “Itu kalau sudah negara seperti Tiongkok Cina membeli beras dunia, harga sudah tidak bisa diprediksi. Karena mereka kalau membeli dalam jumlah yang sangat banyak. Bisa mendekati 10 juta ton,” lanjut Sutarto.
Untuk itu Sutarto meyakini perlunya perencanaan impor yang sangat matang dari negara ini. Sebab, jika impor dilakukan dengan sikap yang tergesa-gesa, tentunya negara juga yang akan mengalami kerugian, yakni mendapat beras berharga sangat mahal. “Makanya kita terus memantau pergerakan harga. Karena untuk impor beras ini kan prosedurnya panjang. Mulai negosiasi hingga penanganan akhir di dalam negeri,” jelas Sutarto.
Begitu juga jika negara-negara yang selama ini menjadi pemasok besar beras mengalami kendala produksi, seperti gangguan alam. Tentunya harga beras dunia akan mengalami pergerakan lantaran pasokan yang berkurang. Untungnya, Sutarto menilai untuk saat ini harga beras dunia dalam kondisi stabil. Sehingga, langkah Indonesia untuk membeli sebagian beras tersebut sudah tepat. “Posisi harga beras untuk saat ini stabil. Tapi sekali lagi ini tergantung permintaan dari negara-negara importir beras lainnya seperti Philipina maupun Malaysia,” terang Sutarto.
Saat ditanya kapan beras-beras impor bagi Indonesia akan masuk, Sutarto tidak bisa memberikan tanggal pastinya. Hanya saja, Sutarto membenarkan bahwa proses impot itu sendiri sedang dijalankan. “Tahapannya pokoknya sebelum lebaran, mudah-mudahan sudah masuk meski baru sedikit. Kan masih harus ada penyelesaian-penyelesaian, negosiasi, kontrak, membuka LC hingga membuka barang itu di daerah sana. Begitu juga mereka kan harus mencari kapal-kapal pengangkut. Tahapannya berlangsung hingga Desember,” kata Sutarto.
Terkait jumlah tonase yang akan diimpor, Sutarto juga mengaku belum bisa membuka angka pastinya. Sebab, Bulog sendiri dalam melaksanakan impor beras masih terus melakukan evaluasi terhadap perkembangan stok beras di dalam negeri. “Ini kan kementerian pertanian katanya masih berusaha menggenjot hasil produksi di beberapa daerah. Jadi kita terus pantau berapa angka pasti persediaan yang harus ditambah,” ujar Sutarto.
Sebelumnya, penilaian berbeda dilontarkan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Ibnu Multazam. Menurut Multazam, seharusnya impor beras yang diakan dilakukan Bulog dalam waktu dekat itu tidak terjadi. Sebab, negara ini sudah mampu berswasembada beras. “Kita ini akan sudah swasembada beras. Jadi buat apa lagi impor,” kata Multazam kepada Jurnal Nasional saat dihubungi.
Dengan tetap dilakukannya impor beras, Multazam berpendapat perlu adanya evaluasi kinerja Bulog selama ini. Jika Bulog telah berkerja maksimal dan sesuai ketentua, tegas Multazam, tentunya impor tersebut tidak akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia. “Pertanyaanya adalah, apakah Bulog telah mampu menyerap beras-beras rakyat selama ini? Sehingga kalaupun terpaksa dilakukan impor, harus ada beberapa faktor yang diperiksa,” tegas Multazam.
Bahkan Multazam berani mengatakan bahwa, impor beras yang akan dilakukan dalam waktu dekat itu merupakan kegagalan Bulog dalam menjalankan tugasnya. “Intinya, kalau impor tetap dilakukan, itu kegagalan Bulog. Karena kita sudah surplus beras 4 juta ton di 2014 ini. Jika terjadi impor artinya Bulog gagal dalam menyerap beras dalam negeri,” sambung Multazam.
Reporter : Heri Arland
Redaktur : Timur Arif Riyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar