Jumat, 4 Juli 2014
CIREBON - Tingginya harga gabah saat ini membuat Bulog Sub Divre Cirebon kesulitan melakukan pengadaan gabah dan beras dari petani. Kepala Sub Divre Bulog Cirebon Muhson menyebutkan, hingga akhir Juni realisasi pengadaan baru sekitar 55.281 ton. Jumlah ini mencapai sekitar 42% dari total prognosa pengadaan Sub Divre Bulog Cirebon sebanyak 132ribu ton.
"Jumlah ini jauh di bawah pengadaan. tahun lalu pada kurun waktu yang sama di mana pengadaannya sudah mencapai 95.009 ton," papar dia di Cirebon, Jumat (4/7/2014).
Dia mengemukakan, tingginya harga gabah di tingkat petani saat ini menjadi salah satu penyebab sulitnya pengadaan. Selain itu, penyebab lain berupa mundurnya masa panen akibat banjir yang melanda di sejumlah daerah penghasil padi.
Namun begitu, dia menjamin stok beras di gudang-gudang Bulog Cirebon aman hingga sekitar delapan bulan ke depan. Saat ini stok beras di gudang, lanjut dia, tercatat sekitar 50.988 ton setara beras. Bahkan pihaknya bakal segera melakukan move in atau pengiriman beras ke daerah lain seperti Bandung, Ciamis, dan Cianjur sebanyak 25 ribu ton.
Disinggung mengenai kesiapan operasi pasar (OP), dia mengaku sejauh ini belum ada satu pun pengajuan dari pemerintah daerah (pemda) untuk melaksanakannya. "OP baru kami laksanakan jika sudah ada pengajuan atau permintaan dari pemda," cetus dia.
Namun saat ini permintaan yang ada berupa penarikan penyaluran beras raskin untuk alokasi Juli ke Juni. Dia menuturkan, ada tiga daerah yang meminta yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan.
"Percepatan penyaluran raskin sudah kami lakukan. Permintaan itu untuk mengantisipasi gejolak harga beras yang kerap naik setiap menjelang puasa," jelas dia.
Sementara itu, setidaknya dua minggu terakhir petani di Kabupaten Cirebon kesulitan memperoleh pupuk. Pencarian pupuk harus dilakukan hingga keluar kota dengan lonjakan harga yang drastis.
Ketua Gapoktan Madun Jaya Desa Guwa Kidul, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Hasanudin menyebutkan hampir semua jenis pupuk sulit didapat mulai dari urea, TS, hingga ponska. "Kami terpaksa mencari ke daerah lain, ada yang sampai mencarinya ke Kertasmaya dan Kedokan, Kabupaten Indramayu,," ungkap dia.
Dia menyebutkan, harga pupuk saat ini telah mencapai Rp250 ribu/kwintal. Padahal sebelumnya harga pupuk urea bersubsidi hanya Rp180 ribu/kwintal. Petani sendiri, lanjut dia, sebenarnya akan membeli pupuk dengan harga berapa pun. asal tersedia.
Atas kondisi ini, pihaknya telah melaporkan kepada instansi terkait. Sayangnya hingga kini belum ada tanggapan dan kelangkaan pupuk pun masih terjadi. Padahal saat ini merupakan masa di mana tanaman padi membutuhkan pemupukan karena telah berusia lebih dari dua minggu.
"Kalau tak dipupuk, pertumbuhan tanaman akan terganggu. Tanaman menjadi kerdil dan tak berkembang," ujar dia.
Untuk satu kali musim tanam, biasanya petani membutuhkan pupuk jenis urea 2-3 kwintal/hektar. Kelangkaan membuat petani harus memanfaatkan pupuk seadanya. Meski mereka meyakini pertumbuhan dan hasil panen tak akan maksimal, petani tetap berupaya agar tanaman padinya tak mati.
(gpr)
http://ekbis.sindonews.com/read/879961/34/bulog-cirebon-kesulitan-adakan-gabah-dari-petani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar