Kamis, 24 Juli 2014
SEMARANG (KRjogja.com) - Sejumlah Posko lebaran yang dibuka oleh Bulog Divre Jateng benar-benar memanjakan pemudik. Selain disediakan tempat tidur yang cukup nyaman, pemudik yang singgah juga disediakan berbagai jenis makanan dan minuman gratis.
Saat Kepala Bulog Divre Jateng Damin Hartono melakukan peninjauan di Posko Bulog di gudang Bulog Semarang Kamis (24/7), sejumlah pemudik nampak masih tertidur lelap sedangkan yang lainnya 'leyeh-leyeh' sambil menikmati makanan dan minuman yang disediakan.
Seperti yang dikatakan Devi dan beberapa temanya, yang melakukan mudik dari Bekasi menuju Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Ia mengaku cukup nyaman istirahat di Posko yang disediakan Bulog di Semarang. Selain bisa melepas penat, juga bisa tidur cukup berkualitas.
“Kami sempat tidur beberapa jam tadi, dan sekarang badan saya sudah kembali segar. Alhamdulillah kami juga bisa menikmati makanan dan minuman secara gratis. Kami berharap bisa segera sampai di Ngawi untuk berkumpul dengan keluarga,” tutur Novi yang ditemani oleh Agus dan Nuryanto. (Bdi)
http://krjogja.com/read/224312/posko-bulog-manjakan-pemudik.kr
Jumat, 25 Juli 2014
Kamis, 24 Juli 2014
Dirut Bulog Ingin Masyarakat Konsumsi Singkong
Kamis, 24 Juli 2014
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso menyatakan masyarakat Indonesia semestinya mulai mengurangi ketergantungan terhadap beras dan gandum. Caranya adalah dengan mengkonsumsi beragam bahan pangan pokok lain, seperti gadung, singkong, kentang, dan ubi jalar. "Jadi tidak semata bergantung pada beras," katanya saat ditemui di kantornya, Rabu, 23 Juli 2014.
Masyarakat Indonesia sudah sangat bergantung pada beras dan gandum. Meski gandum tak dapat diproduksi di Indonesia, konsumsi bahan pangan ini mencapai 7,2 juta ton per tahun. "Kalau ada bencana, yang pertama kali menjadi pangan darurat adalah mie instan yang murni terbuat dari gandum. Pola pikir seperti ini harus diubah," katanya.
Sutarto mengatakan, saat kecil, dia sudah terbiasa mengkonsumsi ubi rebus. Sekitar pukul sembilan pagi, dia sarapan dengan ubi rebus. Dia makan siang dengan nasi. Lalu pada sore hari dia kembali mengkonsumsi ubi rebus sebagai camilan dan makan malam kembali dengan nasi. "Dengan begitu, makan nasinya jadi sedikit karena sudah kenyang dengan ubi," katanya.
Selama ini, kata Sutarto, masyarakat Indonesia terbiasa dengan pola pikir beras adalah menu utama. Dia juga ingin masyarakat mendidik anak-anak dengan mengkonsumsi berbagai pilihan pangan yang berlimpah ruah di bumi Indonesia. "Saya juga ingin kebun sekolah di sekolah dasar kembali digalakkan. Dari situ, anak-anak mulai belajar menanam singkong, ubi, dan lain-lain," kata dia.
Perum Bulog menyatakan akan mengimpor 50 ribu ton beras dari Vietnam yang akan tiba di Tanah Air pada akhir Juli ini. Impor ini terpaksa dilakukan karena Badan Pusat Statistik mengeluarkan Angka Ramalan I 2014 yang menyatakan produksi beras akan mencapai 69,87 juta ton atau turun 1,98 persen dibanding tahun lalu yang sebanyak 71,28 juta ton. Perkiraan produksi ini pun lebih rendah 4,48 persen dibanding target produksi pemerintah sebesar 73 juta ton.
INDRI MAULIDAR
http://www.tempo.co/read/news/2014/07/24/090595389/Dirut-Bulog-Ingin-Masyarakat-Konsumsi-Singkong
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso menyatakan masyarakat Indonesia semestinya mulai mengurangi ketergantungan terhadap beras dan gandum. Caranya adalah dengan mengkonsumsi beragam bahan pangan pokok lain, seperti gadung, singkong, kentang, dan ubi jalar. "Jadi tidak semata bergantung pada beras," katanya saat ditemui di kantornya, Rabu, 23 Juli 2014.
Masyarakat Indonesia sudah sangat bergantung pada beras dan gandum. Meski gandum tak dapat diproduksi di Indonesia, konsumsi bahan pangan ini mencapai 7,2 juta ton per tahun. "Kalau ada bencana, yang pertama kali menjadi pangan darurat adalah mie instan yang murni terbuat dari gandum. Pola pikir seperti ini harus diubah," katanya.
Sutarto mengatakan, saat kecil, dia sudah terbiasa mengkonsumsi ubi rebus. Sekitar pukul sembilan pagi, dia sarapan dengan ubi rebus. Dia makan siang dengan nasi. Lalu pada sore hari dia kembali mengkonsumsi ubi rebus sebagai camilan dan makan malam kembali dengan nasi. "Dengan begitu, makan nasinya jadi sedikit karena sudah kenyang dengan ubi," katanya.
Selama ini, kata Sutarto, masyarakat Indonesia terbiasa dengan pola pikir beras adalah menu utama. Dia juga ingin masyarakat mendidik anak-anak dengan mengkonsumsi berbagai pilihan pangan yang berlimpah ruah di bumi Indonesia. "Saya juga ingin kebun sekolah di sekolah dasar kembali digalakkan. Dari situ, anak-anak mulai belajar menanam singkong, ubi, dan lain-lain," kata dia.
Perum Bulog menyatakan akan mengimpor 50 ribu ton beras dari Vietnam yang akan tiba di Tanah Air pada akhir Juli ini. Impor ini terpaksa dilakukan karena Badan Pusat Statistik mengeluarkan Angka Ramalan I 2014 yang menyatakan produksi beras akan mencapai 69,87 juta ton atau turun 1,98 persen dibanding tahun lalu yang sebanyak 71,28 juta ton. Perkiraan produksi ini pun lebih rendah 4,48 persen dibanding target produksi pemerintah sebesar 73 juta ton.
INDRI MAULIDAR
http://www.tempo.co/read/news/2014/07/24/090595389/Dirut-Bulog-Ingin-Masyarakat-Konsumsi-Singkong
Bulog Babel Berencana Bangun "Bulog Mart"
Rabu, 23 Juli 2014
Pangkalpinang (Antara Babel) - Perum Bulog Provinsi Bangka Belitung berencana membangun dan mengoperasikan "Bulog Mart" yang merupakan pengembangan jaringan bisnis BUMN itu guna memenuhi kebutuhan bahan pokok masyarakat.
"Tujuan pendirian Bulog Mart adalah untuk mendukung stabilitas harga sehingga menitikberatkan pada komoditas beras, gula, kedelai dan minyak goreng. Layanan terbaru dari Bulog ini diharapkan menjadi salah satu model untuk lebih mendekatkan Bulog dengan masyarakat," ujar Kepala Sub Divisi Regional Bulog Babel, Nur Untung Wahyudi di Pangkalpinang, Rabu.
Ia menyebutkan, sebelum membuka Bulog Mart yang harus dilakukan adalah menyediakan tempat, mempertimbangkan kontinuitas, pangsa pasar serta mengetahui estimasi laba ruginya.
"Kalau harga barang yang ada sudah terbentuk dan saat didatangkan dari luar harga yang ditetapkan tidak bisa bersaing dengan barang yang sudah ada di pasar, dikhawatirkan tidak akan laku. Sedangkan keberadaan Bulog Mart adalah sebagai stabilitas harga," jelasnya.
Ia menyebutkan, kalau dilihat kondisi saat ini di Babel ada kemungkinan didirikan Bulog Mart. Inti pendiriannya adalah sebagai stabilisasi harga. Selain itu Bulog juga sebagai badan distribusi dalam menyediakan pasokan.
"Bulog Mart merupakan program pusat, sehingga harus benar-benar dianalisa sebaik mungkin. Jangan sampai saat dibuka tidak bisa jalan karena harga yang ditetapkan tidak bisa bersaing. Kami sudah diinstruksikan dari pusat untuk mendirikan Bulog Mart, namun memang belum bisa direalisasikan," ujarnya.
Dikatakannya, Provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi kepulauan, sehingga untuk mendatangkan barang harus melalui kapal dan ongkos angkut harus benar-benar diperhitungkan.
"Sebelum berdirinya Bulog Mart, untuk sementara stabiliasai harga adalah dengan operasi pasar. Operasi pasar juga bisa dilakukan apabila ada permintaan atau usulan dari pemerintah provinsi dan Bulog hanya sebagai pelaksana saja," ujarnya.
Ia menjelaskan, kalau harga beras di pasar masih stabil, maka tidak ada permintaan operasi pasar dari pemprov. Berbeda halnya dengan distribusi beras miskin yang tujuannya langsung ke penerima manfaat, tidak melalui pasar.
"Kalau tidak ada operasi pasar, maka yang harus diakukan adalah melaksanakan program rutin distribusi beras miskin. Selama bulan Ramadhan ini beras medium harganya relatif stabil, sehingga belum ada permintaan operasi pasar dari pemerintah provinsi," katanya.
http://www.antarababel.com/berita/11744/bulog-babel-berencana-bangun-bulog-mart
Pangkalpinang (Antara Babel) - Perum Bulog Provinsi Bangka Belitung berencana membangun dan mengoperasikan "Bulog Mart" yang merupakan pengembangan jaringan bisnis BUMN itu guna memenuhi kebutuhan bahan pokok masyarakat.
"Tujuan pendirian Bulog Mart adalah untuk mendukung stabilitas harga sehingga menitikberatkan pada komoditas beras, gula, kedelai dan minyak goreng. Layanan terbaru dari Bulog ini diharapkan menjadi salah satu model untuk lebih mendekatkan Bulog dengan masyarakat," ujar Kepala Sub Divisi Regional Bulog Babel, Nur Untung Wahyudi di Pangkalpinang, Rabu.
Ia menyebutkan, sebelum membuka Bulog Mart yang harus dilakukan adalah menyediakan tempat, mempertimbangkan kontinuitas, pangsa pasar serta mengetahui estimasi laba ruginya.
"Kalau harga barang yang ada sudah terbentuk dan saat didatangkan dari luar harga yang ditetapkan tidak bisa bersaing dengan barang yang sudah ada di pasar, dikhawatirkan tidak akan laku. Sedangkan keberadaan Bulog Mart adalah sebagai stabilitas harga," jelasnya.
Ia menyebutkan, kalau dilihat kondisi saat ini di Babel ada kemungkinan didirikan Bulog Mart. Inti pendiriannya adalah sebagai stabilisasi harga. Selain itu Bulog juga sebagai badan distribusi dalam menyediakan pasokan.
"Bulog Mart merupakan program pusat, sehingga harus benar-benar dianalisa sebaik mungkin. Jangan sampai saat dibuka tidak bisa jalan karena harga yang ditetapkan tidak bisa bersaing. Kami sudah diinstruksikan dari pusat untuk mendirikan Bulog Mart, namun memang belum bisa direalisasikan," ujarnya.
Dikatakannya, Provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi kepulauan, sehingga untuk mendatangkan barang harus melalui kapal dan ongkos angkut harus benar-benar diperhitungkan.
"Sebelum berdirinya Bulog Mart, untuk sementara stabiliasai harga adalah dengan operasi pasar. Operasi pasar juga bisa dilakukan apabila ada permintaan atau usulan dari pemerintah provinsi dan Bulog hanya sebagai pelaksana saja," ujarnya.
Ia menjelaskan, kalau harga beras di pasar masih stabil, maka tidak ada permintaan operasi pasar dari pemprov. Berbeda halnya dengan distribusi beras miskin yang tujuannya langsung ke penerima manfaat, tidak melalui pasar.
"Kalau tidak ada operasi pasar, maka yang harus diakukan adalah melaksanakan program rutin distribusi beras miskin. Selama bulan Ramadhan ini beras medium harganya relatif stabil, sehingga belum ada permintaan operasi pasar dari pemerintah provinsi," katanya.
http://www.antarababel.com/berita/11744/bulog-babel-berencana-bangun-bulog-mart
Rabu, 23 Juli 2014
Antisipasi Kesiapan Lebaran, Bulog Solo Cek 9 Gudang Beras
Rabu, 23 Juli 2014
SOLO, suaramerdeka.com - Bulog Subdivre III Surakarta mencek sembilan gudang beras di wilayahnya. Yakni di Kartasura dan Grogol (Sukoharjo), Delanggu dan Karangwuni (Klaten), Masaran dan Duyungan (Sragen), Ngabeyan (Boyolali), dan Wonogiri.
Pengecekan itu, menurut Kepala Perum Bulog Sub Devisi Regional (Subdivre) III Surakarta Yudi Prakasa Yudha, Rabu (23/7), sebagai persiapan mengantisipasi kebutuhan beras untuk Lebaran. "Agar nantinya tidak ada masalah di tiap wilayah, kami harus koordinasi dengan teman-teman di tiap gudang," kata dia sebelum bertolak ke lapangan.
Dikatakan, harga beras di lapangan di tentukan pasar. Namun jika harganya melambung tinggi di luar kewajaran, Bulog punya tugas untuk mengintervensi agar harga beras kembali normal atau setidaknya terkendali. Menurut Yudha, harga beras eceran menjelang Lebaran tahun ini dinilai masih normal, yakni Rp 9.500 per kilogram untuk jenis C4.
Lantaran kondisinya masih normal maka Bulog tidak perlu melakukan operasi pasar (OP). "Salah satu tugas Bulog itu adalah menstabilkan harga beras di pasaran. Kita baru akan melepas beras di pasaran jika harga beras sudah tidak normal dan mahal sekali," jelasnya.
Lebih lanjut Yudha mengatakan, stok beras di Bulog Surakarta yang mencapai 75 ribu ton saat ini bisa untuk cadangan hingga 11 bulan ke depan atau hingga Juni 2015. Cadangan itu pun baru 65 persen sekitar 130 ribu ton dari serapan beras petani tahun ini. Untuk mengurangi tumpukan di gudang, sebagian beras itu juga di lempar di tempat lain yang lebih membutuhkan.
"Awal tahun ini kita telah melempar beras sebanyak 30 ribu ton ke Jawa Barat. Di akhir tahun kita akan melempar beras lagi ke Jawa Barat sebanyak 11 ribu ton," ungkapnya.
( Langgeng Widodo / CN31 / SMNetwork )
http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/news/2014/07/23/210575
SOLO, suaramerdeka.com - Bulog Subdivre III Surakarta mencek sembilan gudang beras di wilayahnya. Yakni di Kartasura dan Grogol (Sukoharjo), Delanggu dan Karangwuni (Klaten), Masaran dan Duyungan (Sragen), Ngabeyan (Boyolali), dan Wonogiri.
Pengecekan itu, menurut Kepala Perum Bulog Sub Devisi Regional (Subdivre) III Surakarta Yudi Prakasa Yudha, Rabu (23/7), sebagai persiapan mengantisipasi kebutuhan beras untuk Lebaran. "Agar nantinya tidak ada masalah di tiap wilayah, kami harus koordinasi dengan teman-teman di tiap gudang," kata dia sebelum bertolak ke lapangan.
Dikatakan, harga beras di lapangan di tentukan pasar. Namun jika harganya melambung tinggi di luar kewajaran, Bulog punya tugas untuk mengintervensi agar harga beras kembali normal atau setidaknya terkendali. Menurut Yudha, harga beras eceran menjelang Lebaran tahun ini dinilai masih normal, yakni Rp 9.500 per kilogram untuk jenis C4.
Lantaran kondisinya masih normal maka Bulog tidak perlu melakukan operasi pasar (OP). "Salah satu tugas Bulog itu adalah menstabilkan harga beras di pasaran. Kita baru akan melepas beras di pasaran jika harga beras sudah tidak normal dan mahal sekali," jelasnya.
Lebih lanjut Yudha mengatakan, stok beras di Bulog Surakarta yang mencapai 75 ribu ton saat ini bisa untuk cadangan hingga 11 bulan ke depan atau hingga Juni 2015. Cadangan itu pun baru 65 persen sekitar 130 ribu ton dari serapan beras petani tahun ini. Untuk mengurangi tumpukan di gudang, sebagian beras itu juga di lempar di tempat lain yang lebih membutuhkan.
"Awal tahun ini kita telah melempar beras sebanyak 30 ribu ton ke Jawa Barat. Di akhir tahun kita akan melempar beras lagi ke Jawa Barat sebanyak 11 ribu ton," ungkapnya.
( Langgeng Widodo / CN31 / SMNetwork )
http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/news/2014/07/23/210575
Bulog Optimis Stok Lebaran Aman
Selasa, 22 Juli 2014
Surabayanews.co.id - Bulog Jawa Timur, memastikan stok beras jelang lebaran di wilayah Jawa Timur, aman. Sampai saat ini tercatat stok beras bulog divre Jawa Timur sebanyak 553.950 ton beras akan cukup hingga 13 bulan ke depan.
Jelang lebaran, bulog Jawa Timur pastikan kondisi pasokan beras di wilayah Jawa Timur, aman. Hingga semester pertama tahun 2014, stok beras bulog Jawa Timur mencapai 553.950 ton setara beras dan cukup untuk kebutuhan beras selama 13 bulan ke depan. Kebutuhan beras untuk warga Jawa Timur sebanyak 43 ribu ton perbulan atau sebanyak 516 ribu ton pertahun.
Melimpahnya stok beras tersebut di tandai dengan stabilnya harga beras medium di pasar sebelum puasa hingga saat ini. Sedangkan untuk beras premium terjadi gejolak harga. Sehingga untuk menurunnya harga beras maka bulog beserta instansi terkait mengadakan operasi pasar di antaranta teligu, gula dan minyak goreng.
“Yang medium kami punya stok 550.000 ton sampai 13 bulan ke depan. Premium ini lebih dari 1.000 ton,” terang Rusdianto, kepala divre bulog Jawa Timur.
Sedangkan untuk pengadaan beras hingga saat ini tercatat mencapai 652.712 ton beras atau sekitar 56 persen dari target pengadaan beras selama setahun yang sebesar 1,1 juta ton. Pihaknya optimis pengadaan beras mampu terserap sesuai target.
Untuk penyaluran raskin, tercatat telah mencapai 389.338 kilogram atau sebesar 101 persen dari pagu 9 bulan. Kondisi ini disebabkan beberapa Kabupaten Kota memutuskan untuk mempercepat penyaluran raskin alokasi Agustus untuk di distribusikan di Juli.
Beberapa Kabupaten tersebut diantaranya, Kabupaten Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganju, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo. (dewi/frd)
http://surabayanews.co.id/2014/07/22/3253/bulog-optimis-stok-lebaran-aman.html
Surabayanews.co.id - Bulog Jawa Timur, memastikan stok beras jelang lebaran di wilayah Jawa Timur, aman. Sampai saat ini tercatat stok beras bulog divre Jawa Timur sebanyak 553.950 ton beras akan cukup hingga 13 bulan ke depan.
Jelang lebaran, bulog Jawa Timur pastikan kondisi pasokan beras di wilayah Jawa Timur, aman. Hingga semester pertama tahun 2014, stok beras bulog Jawa Timur mencapai 553.950 ton setara beras dan cukup untuk kebutuhan beras selama 13 bulan ke depan. Kebutuhan beras untuk warga Jawa Timur sebanyak 43 ribu ton perbulan atau sebanyak 516 ribu ton pertahun.
Melimpahnya stok beras tersebut di tandai dengan stabilnya harga beras medium di pasar sebelum puasa hingga saat ini. Sedangkan untuk beras premium terjadi gejolak harga. Sehingga untuk menurunnya harga beras maka bulog beserta instansi terkait mengadakan operasi pasar di antaranta teligu, gula dan minyak goreng.
“Yang medium kami punya stok 550.000 ton sampai 13 bulan ke depan. Premium ini lebih dari 1.000 ton,” terang Rusdianto, kepala divre bulog Jawa Timur.
Sedangkan untuk pengadaan beras hingga saat ini tercatat mencapai 652.712 ton beras atau sekitar 56 persen dari target pengadaan beras selama setahun yang sebesar 1,1 juta ton. Pihaknya optimis pengadaan beras mampu terserap sesuai target.
Untuk penyaluran raskin, tercatat telah mencapai 389.338 kilogram atau sebesar 101 persen dari pagu 9 bulan. Kondisi ini disebabkan beberapa Kabupaten Kota memutuskan untuk mempercepat penyaluran raskin alokasi Agustus untuk di distribusikan di Juli.
Beberapa Kabupaten tersebut diantaranya, Kabupaten Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganju, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo. (dewi/frd)
http://surabayanews.co.id/2014/07/22/3253/bulog-optimis-stok-lebaran-aman.html
Selasa, 22 Juli 2014
Impor 50 Juta Ton Beras, Bulog Siapkan Dana Rp 300 Milyar
Senin, 21 Juli 2014
Jakarta, GATRAnews - Untuk mengimpor 50 juta ton beras dari Vietnam, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) mengaku menyiapkan dana sekitar Rp 300 milyar dengan dasar harga beras dari Vietnam kurang lebih Rp 6 ribu/kg. "50 ribu ton itu kan 50 juta kg, kali Rp 6 ribu per kg, jadi Rp 300 milyar," kata Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso saat ditemui usai Buka Bersama di Kantornya, Jakarta, Senin (21/7/2014).
Sutarto mengungkapkan, sebenarnya pengadaan beras harian Bulog saat ini sama dengan tahun lalu. Tetapi, stok beras Bulog lebih sedikit dibanding periode yang sama tahun lalu akibat banjir di awal tahun, "Sehingga pengadaan kita tidak seperti yang diharapkan saat panen raya pertama. Tetapi, kalau kita bandingkan dengan 2010-2011, kita sudah lebih banyak," dia mengimbuhkan.
Pihaknya masih enggan mengemukakan berapa izin impor beras yang diperoleh dari Kementerian Perdagangan hingga akhir tahun. Namun, sebagai gambaran, Bulog harus melakukan pengadaan beras sebanyak 3,2 juta ton per tahun supaya tidak perlu impor beras. Dengan perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produksi beras tahun ini menurun 1,98 persen dibanding tahun lalu, kemungkinan besar pengadaan tidak akan mencapai 3,2 juta ton.
Sampai saat ini, pengadaan beras Bulog baru 1,9 juta ton. "Persoalannya, mungkin nggak sampai akhir tahun kita nambah 1,3 juta ton? Itu yang harus dihitung," tuturnya.
Impor beras yang dilakukan Bulog ini diyakini Sutarto tidak akan merusak harga beras lokal meski dilakukan di bulan Juli saat masih musim panen padi. Pasalnya, Bulog akan menyerap beras petani saat harga beras di dalam negeri jatuh hingga di bawah Harga Patokan Petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah.
"Tidak akan mengganggu. Bagaimana mau mengganggu kalau mereka (petani) jual beras kita beli. Begitu harga di petani kurang dari HPP, kita beli sesuai HPP," tandasnya. Sebelumnya diberitakan, Bulog mengaku telah mendapatkan instruksi dari pemerintah untuk mengimpor beras dalam rangka menjaga stok beras di dalam negeri. Pada tahap pertama mulai akhir Juli-Agustus, 50 ribu ton beras, baik kualitas medium maupun premium, mulai diimpor Bulog.
"Tahap pertama sekitar 50.000 ton. Insya Allah Juli-Agustus ini akan datang. Dari Vietnam. Saya katakan tadi pemerintah sudah menugaskan jumlah tertentu tetapi jumlah itu akan kita masukan secara bertahap sesuai kebutuhan," kata Sutarto.
Langkah ini diambil menyusul perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produksi padi turun 1,98% dari 72 juta ton pada 2013 menjadi 69 juta ton di 2014. Impor beras juga dilakukan agar stok beras Bulog di akhir tahun dapat mencapai 2 juta ton.
"Kebutuhan nasional itu 2,6 juta ton/bulan, nggak ada artinya 50.000 ton itu tetapi menjaga stok Bulog sekitar 2 juta ton tadi," ujarnya. Namun, Impor beras ini tidak akan dilanjutkan bila ternyata produksi padi di dalam negeri dapat mencukupi kebutuhan beras sampai akhir tahun. "Tetapi itu kan angka bisa bergerak. Kalau misalnya tahap ini cukup tidak usah dilanjutkan kalau kurang kita teruskan. Pokoknya jangan sampai harga terjadi gejolak dan tidak cukup," Sutarto menambahkan.
http://www.gatra.com/ekonomi-1/57387-impor-50-juta-ton-beras,-bulog-siapkan-dana-rp-300-milyar%E2%80%8F.html
Jakarta, GATRAnews - Untuk mengimpor 50 juta ton beras dari Vietnam, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) mengaku menyiapkan dana sekitar Rp 300 milyar dengan dasar harga beras dari Vietnam kurang lebih Rp 6 ribu/kg. "50 ribu ton itu kan 50 juta kg, kali Rp 6 ribu per kg, jadi Rp 300 milyar," kata Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso saat ditemui usai Buka Bersama di Kantornya, Jakarta, Senin (21/7/2014).
Sutarto mengungkapkan, sebenarnya pengadaan beras harian Bulog saat ini sama dengan tahun lalu. Tetapi, stok beras Bulog lebih sedikit dibanding periode yang sama tahun lalu akibat banjir di awal tahun, "Sehingga pengadaan kita tidak seperti yang diharapkan saat panen raya pertama. Tetapi, kalau kita bandingkan dengan 2010-2011, kita sudah lebih banyak," dia mengimbuhkan.
Pihaknya masih enggan mengemukakan berapa izin impor beras yang diperoleh dari Kementerian Perdagangan hingga akhir tahun. Namun, sebagai gambaran, Bulog harus melakukan pengadaan beras sebanyak 3,2 juta ton per tahun supaya tidak perlu impor beras. Dengan perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produksi beras tahun ini menurun 1,98 persen dibanding tahun lalu, kemungkinan besar pengadaan tidak akan mencapai 3,2 juta ton.
Sampai saat ini, pengadaan beras Bulog baru 1,9 juta ton. "Persoalannya, mungkin nggak sampai akhir tahun kita nambah 1,3 juta ton? Itu yang harus dihitung," tuturnya.
Impor beras yang dilakukan Bulog ini diyakini Sutarto tidak akan merusak harga beras lokal meski dilakukan di bulan Juli saat masih musim panen padi. Pasalnya, Bulog akan menyerap beras petani saat harga beras di dalam negeri jatuh hingga di bawah Harga Patokan Petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah.
"Tidak akan mengganggu. Bagaimana mau mengganggu kalau mereka (petani) jual beras kita beli. Begitu harga di petani kurang dari HPP, kita beli sesuai HPP," tandasnya. Sebelumnya diberitakan, Bulog mengaku telah mendapatkan instruksi dari pemerintah untuk mengimpor beras dalam rangka menjaga stok beras di dalam negeri. Pada tahap pertama mulai akhir Juli-Agustus, 50 ribu ton beras, baik kualitas medium maupun premium, mulai diimpor Bulog.
"Tahap pertama sekitar 50.000 ton. Insya Allah Juli-Agustus ini akan datang. Dari Vietnam. Saya katakan tadi pemerintah sudah menugaskan jumlah tertentu tetapi jumlah itu akan kita masukan secara bertahap sesuai kebutuhan," kata Sutarto.
Langkah ini diambil menyusul perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produksi padi turun 1,98% dari 72 juta ton pada 2013 menjadi 69 juta ton di 2014. Impor beras juga dilakukan agar stok beras Bulog di akhir tahun dapat mencapai 2 juta ton.
"Kebutuhan nasional itu 2,6 juta ton/bulan, nggak ada artinya 50.000 ton itu tetapi menjaga stok Bulog sekitar 2 juta ton tadi," ujarnya. Namun, Impor beras ini tidak akan dilanjutkan bila ternyata produksi padi di dalam negeri dapat mencukupi kebutuhan beras sampai akhir tahun. "Tetapi itu kan angka bisa bergerak. Kalau misalnya tahap ini cukup tidak usah dilanjutkan kalau kurang kita teruskan. Pokoknya jangan sampai harga terjadi gejolak dan tidak cukup," Sutarto menambahkan.
http://www.gatra.com/ekonomi-1/57387-impor-50-juta-ton-beras,-bulog-siapkan-dana-rp-300-milyar%E2%80%8F.html
Senin, 21 Juli 2014
RI Impor 50.000 Ton Beras dari Vietnam, Ini Alasannya
Senin, 21 Juli 2014
Jakarta -Pemerintah melalui Perum Bulog akan mengimpor 50.000 ton beras asal Vietnam pada Juli-Agustus 2014. Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso punya alasannya soal beras Vietnam yang dipilih.
"Kenapa Vietnam? Secara harga lebih kompetitif dari Thailand," kata Sutarto saat berdiskusi dengan media di Kantor Pusat Perum Bulog, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (21/07/2014).
Menurut Sutarto, kondisi politik Thailand yang sedang bergejolak menyulitkan pihaknya mengimpor beras dari negeri gajah putih tersebut. Pihaknya juga opsi lain yaitu Myanmar, namun beras Vietnam jauh lebih kompetitif.
"Kemudian Thailand sendiri belum terbuka karena masalah politik dalam negerinya kemudian kalau banding Myanmar jauh lebih murah," imbuhnya.
Sesuai rekomendasi pemerintah, jenis beras yang Bulog impor terbagi menjadi dua yaitu beras medium dan premium. Kemudian Sutarto juga mencoba membandingkan harga beras Vietnam dengan beras dalam negeri. Hasilnya beras Vietnam masih jauh lebih murah dengan kualitas lebih bagus.
"Harga beras impor harus lebih murah dari harga di dalam negeri. Pasti lebih murah, kualitas lebih baik kita tidak bisa bandingkan karena kualitasnya beda. Itupun masih jauh lebih murah. Kita impor lebih bagus yaitu broken (pecahan) 15% dan 5%. Jadi medium dan premium. Dilihat harga beras, medium saat ini turun, premium masih naik sedikit. Yang lebih banyak medium," tuturnya.
Sebanyak 50.000 ton beras impor Vietnam nantinya akan dimasukan ke dalan gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia. Beras-beras tersebut akan dijadikan stok cadangan beras pemerintah yang dipatok harus mencapai 2 juta ton/tahunnya.
Secara statistik, stok beras sejak bulan Mei 2014, stok Bulog memang mendekati 2 juta ton atau detilnya 1,9 juta ton yang terdiri dari 1,89 juta ton stok beras Bulog dan pengadaan komersial 18.000 ton. Kondisi ini jauh berbeda bila dibandingkan tahun 2012 dan 2013 dimana posisi stok sudah di atas 2 juta ton.
"Kalau misalnya tahap ini cukup tidak usah dilanjutkan (impor). Kalau kurang kita teruskan. Pokoknya jangan sampai harga terjadi gejolak dan tidak cukup," tegasnya.
(wij/hen)
http://finance.detik.com/read/2014/07/21/180123/2643815/4/ri-impor-50000-ton-beras-dari-vietnam-ini-alasannya?f991104topnews
Jakarta -Pemerintah melalui Perum Bulog akan mengimpor 50.000 ton beras asal Vietnam pada Juli-Agustus 2014. Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso punya alasannya soal beras Vietnam yang dipilih.
"Kenapa Vietnam? Secara harga lebih kompetitif dari Thailand," kata Sutarto saat berdiskusi dengan media di Kantor Pusat Perum Bulog, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (21/07/2014).
Menurut Sutarto, kondisi politik Thailand yang sedang bergejolak menyulitkan pihaknya mengimpor beras dari negeri gajah putih tersebut. Pihaknya juga opsi lain yaitu Myanmar, namun beras Vietnam jauh lebih kompetitif.
"Kemudian Thailand sendiri belum terbuka karena masalah politik dalam negerinya kemudian kalau banding Myanmar jauh lebih murah," imbuhnya.
Sesuai rekomendasi pemerintah, jenis beras yang Bulog impor terbagi menjadi dua yaitu beras medium dan premium. Kemudian Sutarto juga mencoba membandingkan harga beras Vietnam dengan beras dalam negeri. Hasilnya beras Vietnam masih jauh lebih murah dengan kualitas lebih bagus.
"Harga beras impor harus lebih murah dari harga di dalam negeri. Pasti lebih murah, kualitas lebih baik kita tidak bisa bandingkan karena kualitasnya beda. Itupun masih jauh lebih murah. Kita impor lebih bagus yaitu broken (pecahan) 15% dan 5%. Jadi medium dan premium. Dilihat harga beras, medium saat ini turun, premium masih naik sedikit. Yang lebih banyak medium," tuturnya.
Sebanyak 50.000 ton beras impor Vietnam nantinya akan dimasukan ke dalan gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia. Beras-beras tersebut akan dijadikan stok cadangan beras pemerintah yang dipatok harus mencapai 2 juta ton/tahunnya.
Secara statistik, stok beras sejak bulan Mei 2014, stok Bulog memang mendekati 2 juta ton atau detilnya 1,9 juta ton yang terdiri dari 1,89 juta ton stok beras Bulog dan pengadaan komersial 18.000 ton. Kondisi ini jauh berbeda bila dibandingkan tahun 2012 dan 2013 dimana posisi stok sudah di atas 2 juta ton.
"Kalau misalnya tahap ini cukup tidak usah dilanjutkan (impor). Kalau kurang kita teruskan. Pokoknya jangan sampai harga terjadi gejolak dan tidak cukup," tegasnya.
(wij/hen)
http://finance.detik.com/read/2014/07/21/180123/2643815/4/ri-impor-50000-ton-beras-dari-vietnam-ini-alasannya?f991104topnews
Perlu Ada Subsidi HPP Beras Bulog
Senin, 21 Juli 2014
KOMISI B DPRD Jateng meminta Pemprov Jawa Tengah memberikan subsidi kepada Bulog dalam membeli beras untuk rakyat miskin (raskin). Sebab selama ini kualitas raskin di wilayah Jateng masih jelek. ”Harga pokok pembelian (HPP) yang ditetapkan pemerintah masih rendah hanya Rp 6.600 per kilogram. Bagaimana mau dapat kualitas beras yang bagus jika harga pembeliannya hanya segitu,” kata anggota Komisi B, Istadjib AS, kemarin.
Dikatakannya, kualitas beras raskin di Jateng yang tergolong jelek bukan karena kinerja Bulog yang tidak bagus, melainkan karena harga pembelian yang rendah. ”Beli beras harga Rp 6.600 itu sekarang susah. Adanya harga Rp 7.000 yang kualitas sedang,” ujarnya.
Menurut politikus PPP itu, dalam APBD Perubahan 2014 dan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUAPPS) APBD 2015 sebaiknya pemprov menyediakan dana subsidi beras. Subsidi untuk membeli beras kepada petani bisa diberikan sebesar Rp 200 per kilogram. ”Hal ini dulu sudah dibicarakan dengan badan anggaran. Tapi sampai saat ini belum ada respons,” katanya.
Ongkos Angkut
Subsidi bisa diberikan lewat ongkos angkut. Hal itu sudah dilakukan oleh Pemrov Jatim sejak 2011 lalu. ”Kalau kita bisa meniru Jatim, alangkah baiknya. Bulog juga pasti senang,” tutur Istajib.
Selam ini, Dewan menilai kinerja Bulog Divisi Regional Jateng sudah bagus. Gudang penyimpanan beras milik Bulog juga sudah memadai. ”Hanya mereka belum punya alat untuk menghilangkan jamur, karena harganya yang terlalu mahal sehingga tidak mampu beli,” urainya.
Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Manfaat (PM) raskin 2013 di Jateng 2.482.157 RTS-PM atau turun 15,5% dari pada 2012 sebanyak 2.937.464 RTS-PM. Berdasarkan data hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011, Bulog telah menerima pagu alokasi penyaluran raskin sebesar 446.788.260 kilogram. Dengan alokasi setiap RTS-PM akan mendapat 15 kilogram per bulan selama setahun, dengan harga beras Rp 1.600 per kilogram di setiap titik distribusi.(Fani Ayudea, Anton Sudibyo-90)
http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/07/21/268118
KOMISI B DPRD Jateng meminta Pemprov Jawa Tengah memberikan subsidi kepada Bulog dalam membeli beras untuk rakyat miskin (raskin). Sebab selama ini kualitas raskin di wilayah Jateng masih jelek. ”Harga pokok pembelian (HPP) yang ditetapkan pemerintah masih rendah hanya Rp 6.600 per kilogram. Bagaimana mau dapat kualitas beras yang bagus jika harga pembeliannya hanya segitu,” kata anggota Komisi B, Istadjib AS, kemarin.
Dikatakannya, kualitas beras raskin di Jateng yang tergolong jelek bukan karena kinerja Bulog yang tidak bagus, melainkan karena harga pembelian yang rendah. ”Beli beras harga Rp 6.600 itu sekarang susah. Adanya harga Rp 7.000 yang kualitas sedang,” ujarnya.
Menurut politikus PPP itu, dalam APBD Perubahan 2014 dan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUAPPS) APBD 2015 sebaiknya pemprov menyediakan dana subsidi beras. Subsidi untuk membeli beras kepada petani bisa diberikan sebesar Rp 200 per kilogram. ”Hal ini dulu sudah dibicarakan dengan badan anggaran. Tapi sampai saat ini belum ada respons,” katanya.
Ongkos Angkut
Subsidi bisa diberikan lewat ongkos angkut. Hal itu sudah dilakukan oleh Pemrov Jatim sejak 2011 lalu. ”Kalau kita bisa meniru Jatim, alangkah baiknya. Bulog juga pasti senang,” tutur Istajib.
Selam ini, Dewan menilai kinerja Bulog Divisi Regional Jateng sudah bagus. Gudang penyimpanan beras milik Bulog juga sudah memadai. ”Hanya mereka belum punya alat untuk menghilangkan jamur, karena harganya yang terlalu mahal sehingga tidak mampu beli,” urainya.
Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Manfaat (PM) raskin 2013 di Jateng 2.482.157 RTS-PM atau turun 15,5% dari pada 2012 sebanyak 2.937.464 RTS-PM. Berdasarkan data hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011, Bulog telah menerima pagu alokasi penyaluran raskin sebesar 446.788.260 kilogram. Dengan alokasi setiap RTS-PM akan mendapat 15 kilogram per bulan selama setahun, dengan harga beras Rp 1.600 per kilogram di setiap titik distribusi.(Fani Ayudea, Anton Sudibyo-90)
http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/07/21/268118
Urgensi Impor Beras
Senin, 21 Juli 2014
POLEMIK tentang rencana pemerintah mengimpor beras mencuat ke wacana publik beberapa hari terakhir.
Rencana itu mengemuka setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data angka ramalan I produksi padi tahun 2014 yang diperkirakan 69,87 juta ton gabah kering giling atau turun 1,41 juta ton (1,98 persen) dibandingkan dengan tahun 2013. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 265.310 hektar dan produktivitas sebesar 0,03 kuintal per hektar.
Rencana impor beras juga dipicu peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memprediksi fenomena El Nino akan melanda Indonesia. Seperti telah diketahui bersama, awal tahun ini BMKG telah mengingatkan
pada tahun ini akan terjadi musim kering cukup ekstrem dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Perilaku iklim yang menyangkut intensitas dan distribusi hujan saat ini memang sangat sulit diprediksi. Meskipun negara kita telah berulang kali mengalami fenomena alam El Nino, kemampuan untuk mendeteksi secara dini fenomena tersebut masih sangat lemah. Akurasi ramalan baru dapat diketahui 3-4 bulan sebelum fenomena itu benar-benar terjadi. Kesulitan seperti ini menjadikan langkah antisipasi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh fenomena alam tersebut sering terlambat.
Saat terjadi kemarau panjang akibat El Nino pada 1997-1998, pemerintah terlambat mengantisipasi fenomena tersebut. Hal itu terjadi karena saat itu kondisi suhu sosial politik dalam negeri tengah mencapai titik kulminasi. Meski terlambat, berbagai upaya diambil, termasuk impor beras besar-besaran. Namun, upaya itu tidak mampu menyelamatkan keadaan. Pemerintah Orde Baru harus membayar mahal keterlambatan antisipasi tersebut. Rezim powerful yang 32 tahun berkuasa itu tumbang.
Populis dan sensitif
Rupanya, bencana kekeringan yang disebabkan fenomena alam El Nino pada 1997, yang dampaknya berimbas pada penyediaan pangan pada 1998, telah menyisakan ”trauma” di benak para penentu kebijakan di negeri ini. Pada tahun tersebut, negara kita mengukir rekor impor beras terbesar sepanjang sejarah, mencapai lebih dari 5 juta ton.
Pengalaman traumatis itu juga membuat para penentu kebijakan negeri ini mengambil langkah antisipatif yang cenderung ke arah project oriented. Secara kasatmata, saat ini situasinya seperti ungkapan Jawa, ”rindik asu digitik”, begitu mendapat peringatan BMKG tentang kemungkinan terjadinya El Nino dan prediksi BPS tentang penurunan produksi padi tahun ini, pemerintah bergerak cepat. Kementerian Perdagangan menjadikan dua isu itu sebagai justifikasi untuk melakukan impor beras meski panen padi masih berlangsung di beberapa daerah dan curah hujan masih cukup tinggi.
Isu El Nino adalah isu sangat populis dan sensitif karena berbagai kepentingan dapat masuk di dalamnya, termasuk kepentingan negara-negara maju untuk lebih menancapkan pengaruhnya. Berdasarkan laporan South East Asia Council for Food Security and Fair Trade, sebuah koalisi LSM internasional, pada kejadian El Nino 1997 diduga ada konspirasi internasional yang menciptakan kesan di Indonesia terjadi kekurangan pangan.
Isu El Nino dan bencana kekeringan digambarkan sebagai kondisi yang sangat dramatis. Pada saat bersamaan, menurut laporan pemantauan stasiun percobaan di Louisiana dan Texas, AS, sedang terjadi panen raya.
Padahal, kenyataannya tidak separah yang digambarkan. Memang terjadi kekeringan, tetapi tidak sampai pada tingkat kelaparan. Kondisi tersebut sengaja diciptakan dan dibesar-besarkan sehingga produsen pangan dan lembaga internasional dapat masuk ke Indonesia. Di samping itu, menurut sinyalemen, memang ada semacam strategi besar yang mengondisikan Indonesia dan negara Asia Tenggara untuk bergantung pada produk pertanian negara-negara besar.
AS merupakan eksportir beras terbesar, yaitu 40 persen dari total beras yang diekspor di dunia, mengalahkan Thailand (30 persen) dan Vietnam (20 persen). Beras AS tidak kurang dari 10 juta ton yang dapat dilempar ke pasar dunia. Dengan menebar isu semacam El Nino dan bencana kekeringan, negara itu dapat melempar beras ke negara-negara berkembang, baik secara bilateral maupun melalui Program Pangan Dunia PBB (WFP).
Terburu-buru
Menurut hemat penulis, keputusan pemerintah yang bersikukuh segera mengimpor beras belum ada urgensinya. Saat ini, meski sudah memasuki bulan Juli, curah hujan di beberapa daerah masih cukup tinggi, panen padi juga masih berlangsung. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah melalui Perum Bulog lebih menekankan pada upaya optimalisasi pengadaan gabah/beras agar tercapai cadangan beras 2 juta ton pada akhir tahun. Jika nominal itu benar-benar tidak tercapai, barulah impor beras dapat dilakukan pada triwulan akhir 2014.
Sepertinya ada yang perlu diluruskan dalam paradigma ketahanan pangan negeri ini. Ketahanan pangan selalu ditumpukan pada ketersediaan beras. Jika ada defisit beras sedikit saja, seolah-olah dunia mau kiamat. Padahal, negeri ini sangat kaya varian bahan pangan sumber karbohidrat yang dapat dijadikan sebagai substitusi beras, seperti ubi jalar, jagung, singkong, ketela, hermada, kentang, pisang, sagu, dan umbi-umbian lainnya.
Kita menyadari bahwa pekerjaan rumah di sektor pertanian dan ketahanan pangan negeri ini masih jauh dari selesai. Memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan bangsa merupakan upaya yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan harus dilakukan secara serius oleh presiden-wakil presiden terpilih nanti. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) telah mengingatkan bahwa negara berpenduduk lebih dari 100 juta jiwa seperti Indonesia tidak akan pernah dapat membuat rakyatnya sejahtera selama kebutuhan pangan selalu diimpor.
Kebijakan panen beras di pelabuhan (impor) semangatnya perburuan rente. Sementara panen padi di sawah semangatnya adalah nasionalisme dan kedaulatan pangan bangsa. Kini, sudah saatnya kegiatan importasi bahan pangan ditempatkan sebagai bagian dari solusi dan strategi produksi pangan bangsa secara berkelanjutan.
Toto Subandriyo
Peminat Masalah SosialEkonomi
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140721kompas/#/7/
POLEMIK tentang rencana pemerintah mengimpor beras mencuat ke wacana publik beberapa hari terakhir.
Rencana itu mengemuka setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data angka ramalan I produksi padi tahun 2014 yang diperkirakan 69,87 juta ton gabah kering giling atau turun 1,41 juta ton (1,98 persen) dibandingkan dengan tahun 2013. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 265.310 hektar dan produktivitas sebesar 0,03 kuintal per hektar.
Rencana impor beras juga dipicu peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memprediksi fenomena El Nino akan melanda Indonesia. Seperti telah diketahui bersama, awal tahun ini BMKG telah mengingatkan
pada tahun ini akan terjadi musim kering cukup ekstrem dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Perilaku iklim yang menyangkut intensitas dan distribusi hujan saat ini memang sangat sulit diprediksi. Meskipun negara kita telah berulang kali mengalami fenomena alam El Nino, kemampuan untuk mendeteksi secara dini fenomena tersebut masih sangat lemah. Akurasi ramalan baru dapat diketahui 3-4 bulan sebelum fenomena itu benar-benar terjadi. Kesulitan seperti ini menjadikan langkah antisipasi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh fenomena alam tersebut sering terlambat.
Saat terjadi kemarau panjang akibat El Nino pada 1997-1998, pemerintah terlambat mengantisipasi fenomena tersebut. Hal itu terjadi karena saat itu kondisi suhu sosial politik dalam negeri tengah mencapai titik kulminasi. Meski terlambat, berbagai upaya diambil, termasuk impor beras besar-besaran. Namun, upaya itu tidak mampu menyelamatkan keadaan. Pemerintah Orde Baru harus membayar mahal keterlambatan antisipasi tersebut. Rezim powerful yang 32 tahun berkuasa itu tumbang.
Populis dan sensitif
Rupanya, bencana kekeringan yang disebabkan fenomena alam El Nino pada 1997, yang dampaknya berimbas pada penyediaan pangan pada 1998, telah menyisakan ”trauma” di benak para penentu kebijakan di negeri ini. Pada tahun tersebut, negara kita mengukir rekor impor beras terbesar sepanjang sejarah, mencapai lebih dari 5 juta ton.
Pengalaman traumatis itu juga membuat para penentu kebijakan negeri ini mengambil langkah antisipatif yang cenderung ke arah project oriented. Secara kasatmata, saat ini situasinya seperti ungkapan Jawa, ”rindik asu digitik”, begitu mendapat peringatan BMKG tentang kemungkinan terjadinya El Nino dan prediksi BPS tentang penurunan produksi padi tahun ini, pemerintah bergerak cepat. Kementerian Perdagangan menjadikan dua isu itu sebagai justifikasi untuk melakukan impor beras meski panen padi masih berlangsung di beberapa daerah dan curah hujan masih cukup tinggi.
Isu El Nino adalah isu sangat populis dan sensitif karena berbagai kepentingan dapat masuk di dalamnya, termasuk kepentingan negara-negara maju untuk lebih menancapkan pengaruhnya. Berdasarkan laporan South East Asia Council for Food Security and Fair Trade, sebuah koalisi LSM internasional, pada kejadian El Nino 1997 diduga ada konspirasi internasional yang menciptakan kesan di Indonesia terjadi kekurangan pangan.
Isu El Nino dan bencana kekeringan digambarkan sebagai kondisi yang sangat dramatis. Pada saat bersamaan, menurut laporan pemantauan stasiun percobaan di Louisiana dan Texas, AS, sedang terjadi panen raya.
Padahal, kenyataannya tidak separah yang digambarkan. Memang terjadi kekeringan, tetapi tidak sampai pada tingkat kelaparan. Kondisi tersebut sengaja diciptakan dan dibesar-besarkan sehingga produsen pangan dan lembaga internasional dapat masuk ke Indonesia. Di samping itu, menurut sinyalemen, memang ada semacam strategi besar yang mengondisikan Indonesia dan negara Asia Tenggara untuk bergantung pada produk pertanian negara-negara besar.
AS merupakan eksportir beras terbesar, yaitu 40 persen dari total beras yang diekspor di dunia, mengalahkan Thailand (30 persen) dan Vietnam (20 persen). Beras AS tidak kurang dari 10 juta ton yang dapat dilempar ke pasar dunia. Dengan menebar isu semacam El Nino dan bencana kekeringan, negara itu dapat melempar beras ke negara-negara berkembang, baik secara bilateral maupun melalui Program Pangan Dunia PBB (WFP).
Terburu-buru
Menurut hemat penulis, keputusan pemerintah yang bersikukuh segera mengimpor beras belum ada urgensinya. Saat ini, meski sudah memasuki bulan Juli, curah hujan di beberapa daerah masih cukup tinggi, panen padi juga masih berlangsung. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah melalui Perum Bulog lebih menekankan pada upaya optimalisasi pengadaan gabah/beras agar tercapai cadangan beras 2 juta ton pada akhir tahun. Jika nominal itu benar-benar tidak tercapai, barulah impor beras dapat dilakukan pada triwulan akhir 2014.
Sepertinya ada yang perlu diluruskan dalam paradigma ketahanan pangan negeri ini. Ketahanan pangan selalu ditumpukan pada ketersediaan beras. Jika ada defisit beras sedikit saja, seolah-olah dunia mau kiamat. Padahal, negeri ini sangat kaya varian bahan pangan sumber karbohidrat yang dapat dijadikan sebagai substitusi beras, seperti ubi jalar, jagung, singkong, ketela, hermada, kentang, pisang, sagu, dan umbi-umbian lainnya.
Kita menyadari bahwa pekerjaan rumah di sektor pertanian dan ketahanan pangan negeri ini masih jauh dari selesai. Memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan bangsa merupakan upaya yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan harus dilakukan secara serius oleh presiden-wakil presiden terpilih nanti. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) telah mengingatkan bahwa negara berpenduduk lebih dari 100 juta jiwa seperti Indonesia tidak akan pernah dapat membuat rakyatnya sejahtera selama kebutuhan pangan selalu diimpor.
Kebijakan panen beras di pelabuhan (impor) semangatnya perburuan rente. Sementara panen padi di sawah semangatnya adalah nasionalisme dan kedaulatan pangan bangsa. Kini, sudah saatnya kegiatan importasi bahan pangan ditempatkan sebagai bagian dari solusi dan strategi produksi pangan bangsa secara berkelanjutan.
Toto Subandriyo
Peminat Masalah SosialEkonomi
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140721kompas/#/7/
Minggu, 20 Juli 2014
Gandeng Bulog Banyumas Majlis Ta’lim Masjid Al Barokah Adakan Pasar Murah
Minggu, 20 Juli 2014
Memasuki Minggu terakhir bulan Ramadhan 1435 H Perum Bulog Subdivre Banyumas bekerjasama dengan Majlis Ta’lim Masjid Al Barokah mengadakan Pasar Murah Ramadhan Minggu 20/7/2014 di Halaman Masjid Al Barokah Perumahan Bancarkembar Kelurahan Bancarkembar Purwokerto Utara. Sebanyak 500 paket sembako yang terdiri dari 3 kg beras, 1 kg gula pasir, 1 botol Minyak goreng seharga Rp.45.500,-/paket dijual dengan harga Rp.25.000,-/paket.
Kasi Perencanaan Pengembangan Usaha Subdivre Banyumas M. Priyono mengatakan selain paket tersebut, panitia juga menyediakan berbagai macam kebutuhan-kebutuhan pokok menjelang lebaran diantaranya Beras kemasan 3 kg dijual dengan harga Rp.22.000,-/kantong, Beras kemasan 5 kg dijual dengan harga Ro.39.000,-/kantong, Minyak goreng Bulogmart dijual Rp.10.000,-/botol, gula pasir Rp.9.000,-/kg , telur ayam Rp. 16.000,-/kg, syrup Rp.9.500,-/botol semua harga sudah disubsidi panitia.
Ketua panitia Pasar Ramadhan Majlis Ta’lim Al Barokah Dyah Erika juga menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan dan selalu menggandeng Perum Bulog Subdivre Banyumas dalam penyediaan sembako, untuk tahun depan akan diperbanyak lagi paketnya.
Rangkaian kegiatan operasi pasar murah selama Ramadhan ini yang sudah kita ikuti diantaranya pada tanggal 16-17 Juli di Alun2 Kab. Banjarnegara, Tanggal 19 Juli di desa Pageralang Kecamatan Kemranjen Kab. Banyumas, Tanggal 20 JUli di Perumahan Bancarkembar dan terakhir tanggal 21 Juli 2014 di Karangmoncol Kab. Purbalinga, kegiatan tersebut untuk meringankan kebutuhan masyarakat terutama menjelang Hari Raya, jelas Priyono. (empr)
http://empree.blogspot.com/2014/07/gandeng-bulog-banyumas-majlis-talim.html
Kasi Perencanaan Pengembangan Usaha Subdivre Banyumas M. Priyono mengatakan selain paket tersebut, panitia juga menyediakan berbagai macam kebutuhan-kebutuhan pokok menjelang lebaran diantaranya Beras kemasan 3 kg dijual dengan harga Rp.22.000,-/kantong, Beras kemasan 5 kg dijual dengan harga Ro.39.000,-/kantong, Minyak goreng Bulogmart dijual Rp.10.000,-/botol, gula pasir Rp.9.000,-/kg , telur ayam Rp. 16.000,-/kg, syrup Rp.9.500,-/botol semua harga sudah disubsidi panitia.
Ketua panitia Pasar Ramadhan Majlis Ta’lim Al Barokah Dyah Erika juga menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan dan selalu menggandeng Perum Bulog Subdivre Banyumas dalam penyediaan sembako, untuk tahun depan akan diperbanyak lagi paketnya.
Rangkaian kegiatan operasi pasar murah selama Ramadhan ini yang sudah kita ikuti diantaranya pada tanggal 16-17 Juli di Alun2 Kab. Banjarnegara, Tanggal 19 Juli di desa Pageralang Kecamatan Kemranjen Kab. Banyumas, Tanggal 20 JUli di Perumahan Bancarkembar dan terakhir tanggal 21 Juli 2014 di Karangmoncol Kab. Purbalinga, kegiatan tersebut untuk meringankan kebutuhan masyarakat terutama menjelang Hari Raya, jelas Priyono. (empr)
http://empree.blogspot.com/2014/07/gandeng-bulog-banyumas-majlis-talim.html
Langganan:
Postingan (Atom)