Senin, 30 Januari 2017
PROKAL.CO, TARAKAN – Harga beras yang tidak menentu belakangan ini, mengharuskan Bulog untuk membuat terobosan baru. Selain menyediakan beras raskin, Bulog kini membuat kebijakan baru untuk mengontrol harga beras komersil.
Kepala Seksi Komersil Bulog Kota Tarakan, Lendra Purba mengatakan, sejak memberlakukan pengontrolan harga beras, sejak bulan Juni 2016 ini harga beras di pasaran terbilang murah.
Harga beras komersil yang dijual langsung oleh Bulog sendiri berkisar Rp 8.700 per kilogram, sedangkan harga pasaran yang dijual oleh para pedagang berkisar Rp 12.000 per kilogram.
Menurut Lendra, dengan harga beras komersil yang dijual langsung oleh Bulog tersebut, para pedagang beras lain tidak akan berani untuk menjual beras dengan harga yang lebih tinggi.
“Masyarakat tidak perlu khawatir, selain murah beras komersil ini juga mempunyai kualitas yang bagus. Dan juga sudah banyak sekali masyarakat yang membeli beras komersil langsung kepada kami,” ucap Lendra.
Pihaknya juga berupaya untuk mensosialisasikan beras komersil ini kepada masyarakat luas. Harga Beras komersil yang tergolong murah dan berkualitas bagus ini juga diharapkan Lendra dapat menolong masyarakat yang berekonomi rendah.
Selain itu, Lendra juga mengkonfirmasi bahwa stok beras di kota Tarakan tetap aman,ini disebabkan karena banyaknya pemasukan beras dari luar daerah. “Beras yang ada di gudang Bulog sendiri aman, namun stok itu di luar dari beras komersil sendiri,” ujar Lendra.
Hal ini tentu membuat harga jual beras di Kota Tarakan berbeda dengan yang ada di Pulau Jawa. Sebab, beras yang dikonsumsi warga Tarakan ini berasal dari luar daerah.
“Tentu harganya pasti berbeda dari daerah asalnya,” tegas Lendra.
Sampai saat ini belum ada beras lokal yang berada di dalam gudang Bulog Tarakan. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan tidak adanya beras lokal di dalam gudang Bulog Tarakan. “Harga jual yang murah, hal tersebut menyebabkan para petani lokal enggan menjual hasil gabah mereka kepada Bulog,” ujar Lendra.
Harga beli gabah yang ditetapkan pemerintah Rp 7.300 per kilogram, dianggap sangat murah, sebab harga tersebut tidak termasuk biaya tranportasi dari petani yang membawa beras tersebut.
Menurutnya, potensi mendapatkan gabah di wilayah Kaltara terbilang cukup besar, terutama untuk daerah Malinau dan Bulungan. ‘’Petani lebih memilih menjual gabah kepada perusahaan daerah (Perusda) di masing-masing daerah, ini disebabkan harga jualnya yang lebih mahal. Contohnya di Malinau, harga jual gabah menurut pantauan kami, bisa mencapai Rp 14 ribu per kilogramnya, dua kali lipat dari harga yang dipatok Bulog,” bebernya.
Selain karena harga beli Bulog yang lebih murah, juga karena adanya kebijakan dari pimpinan daerah agar masyarakat lokal dianjurkan mengonsumsi beras daerah. Sehingga hasil petani lebih banyak dimanfaatkan untuk konsumsi warga lokal.
Namun, tidak mempersoalkan kebijakan tersebut. Yang jelas, pihaknya menerima jika ada petani yang ingin menjual gabah hasil panennya ke Bulog. (*/kp1)
http://kalpos.prokal.co/read/news/2678-kontrol-harga-beras-bulog-buat-terobosan-baru.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar